Selasa, 01 Oktober 2013

MABRUR SETELAH HAJI

Visit waysofmuslim.blogspot.com

Mengapa sudah puluhan juta jama’ah Haji Indonesia, sepulang dari Haji hanya sangat sedikit yang yang dampaknya terasa berubah ?.

 

Karena mayoritas tidak mengetahui makna Ibadah Haji. Sesungguhnya ibadah Haji itu adalah Training Simulasi Kehidupan kita mengenai

Bagaimana kita harus menjadi seorang Leader baik itu Pemimpin Rumah Tangga ataupun sebagai Pemimpin dalam pekerjaan kita sehari-hari.

 

Seorang Leader itu harus mempunyai urutan prioritas kalau ingin menjadi seorang Leader yang lebih baik, urutan-urutannya adalah sebagai berikut :

 

I.   REFINING (disimulasikan dengan Ihram)

 

Sebelum memimpin orang lain, kita harus mampu memimpin diri sendiri. Caranya, kita harus bisa melepaskan rasa lebih tinggi dan lebih hebat dari yang lain. Disimulasikan dengan pakaian ihram, manusia sama didepan Allah. Jadi, sucikan dahulu jiwa dan raga (pangkat, kedudukan, harta, dsb.) baru kita bisa memimpin diri sendiri dan orang lain.

 

 

II.  PLANNING (disimulasikan dengan Wukuf )

 

Setelah jiwa dan raga kita bersih, baru kita merenung bahwa kita ada untuk maksud apa ?. Kenapa kita dipilih mengemban amanah ? Kok tidak yang lain ? Darimana asal kita dan mau kemana kita ? Apa misi hidup kita ? Apa tujuan kita jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek kita ?. Untuk berhasil mencapai tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah harus tercapai dahulu. Dan untuk berhasil mencapai tujuan jangka menengah, tujuan jangka pendek harus harus berhasil !. Kemudian langkah2 apa yang seharusnya dilakukan agar arahnya benar dan selamat untuk mencapai tujuan tsb ?

 

Didalam pencarian untuk menemukan visi, misi, langkah2 dalam perenungan kita. Kenali juga kendala2  apa yang bisa menghalangi agar  langkah2 kita agar selamat dan tidak melenceng dari tujuan ?.

 

Didalam perenungan, kita dibatasi oleh "Dead Line" untuk WUKUF di Arafah, artinya didunia kerjapun engkau tidak boleh berlama-lama merenung.

 

Mengapa “Dead Line” itu harus ada ? Karena “Dead Line” memaksa kita untuk segera :

 

1.  Memberikan jadwal yang membuat kita produktif.

2.  Meningkatkan etika kerja & disiplin.

3.  Secara kontinyu membawa kita semakin dekat dengan tujuan.

4.  Memberikan dorongan untuk segera menuntaskan.

5.  Menghindari keinginan untuk menunda-nunda pekerjaan.

6.  Menghindari penumpukan pekerjaan.

 

Semoga sudah menemukan jawaban2nya. Kita harus segera Keluar dari Arafah menuju Muzdalifah untuk mengambil 7 batu kerikil di kegelapan malam.

 

 

III. IDENTIFYING (disimulasikan dengan pengambilan 7 Batu di Muzdalifah)

 

Dalam simulasi ibadah haji, dilambangkan kendala2 tersebut adalah batu-batu yang kita ambil di kegelapan malam. Artinya, kita ada didalam dunia yang kita tidak tahu kendala2 yang dihadapi. Kenali kendala2 itu, paling tidak ambil 7 batu kerikil di kegelapan malam. Mengapa 7 batu kerikil ?. Ketujuh batu tersebut melambangkan 7 Kendala yang harus dikenali dan dihilangkan yang mengotori jiwa kita sebelum kita  melangkah.

 

 

IV.CONTROLLING (Disimulasikan dengan Lempar Jumrah di Jumratul Aqobah, Wustho’ dan U’la di Mina)

 

Belenggu2/kendala2 tadi berasal dari syetan yang ada dalam aliran darah setiap kita, itulah esensi dari LEMPAR JUMROH di Mina. Yang dilempar batu bukan syetan yang ada di tugu jumratul tapi syetan yang ada didalam diri kita.  Lempar 7 Batu, esensinya yang kita lempar syetan yang membelenggu kita :

 

Minimal ada 7 kendala yang harus dikenali dan dihilangkan yang mengotori jiwa kita sebelum kita  melangkah yaitu :

 

1.  Pembanding (Batu ke 1)                  : Suka membanding-bandingkan (subyektif)

 

2.  Literatur (Batu ke 2)                         : Tidak mau menerima hal-hal baru yang lebih baik dari literatur yang selama ini dia pegang

 

3.  Kepentingan (Batu ke 3)                   : Lebih mementingkan diri sendiri atau golongan daripada kepentingan orang lain

 

4.  Sudut Pandang (Batu ke 4)              : Tidak mau menerima sudut pandang orang lain yang berbeda atau tidak mau melepaskan sudut pandang diri sendiri yang salah.

 

5.  Pengalaman Masa Lalu (Batu ke 5)  : Tidak mau belajar dari kesalahan2 masa lalu dan tidak mau menerima hal2 baru disebabkan tidak bisa melepaskan trauma masa lalunya.

 

6.  Prinsip Hidup (Batu ke 6)                 : Prinsip yang salah tetap dilakukan. Jangan berprinsip pokoknya saya benar, orang lain selalu salah.

 

7.  Prasangka Negatif (Batu ke 7)          : Sering berparsangka negatif yang dikedepankan.

 

Itulah makna pelemparan ke 7 batu. Setelah ke 7 Batu itu kamu lempar, mudah2an hati dan pikiranmu sebagai seorang leader menjadi bersih sebelum melangkah berikutnya.

 

 

V.  ORIENTATING (Disimulasikan dengan Thawaf mengelilingi Ka’abah)

 

Kini kita telah mengetahui diri dan hati serta pikiran suci bersih. Selanjutnya, kita berangkat menuju Masjidil Haram untuk thawaf mengelilingi ka'bah.

 

Esensi dari mengelilingi ka'bah berlawanan arah jarum jam adalah engkau bersinergi dengan alam semesta, dengan elektron kesemuanya mengorbit berlawanan jarum jam.

 

Kita berbaur dan bersosialisasi dengan orang lain berbagai bangsa tanpa membedakan pangkat, kedudukan, pakaian ihram sama dan bersinergi dengan orang lain dalam mencapai tujuan yang sama.

 

Kita akan menangis pada putaran ke 7 akan kita rasakan Kasih Sayang dari Allah yang ditanamkan kepada setiap orang yang thawaf. Rasakan Energi Positif yang dahsyat dari bermilyar orang seluruh dunia sholat berkiblat ke satu titik, ka'bah. Rasakan efek Lorentz ketika ka'bah dikitari, terjadi Medan Magnet yang dahsyat dimana semua do'a2 langsung menembus langit menuju Arsy Allah. sekaligus menghunjam hati dimana Allah ada didalam hati ini. Kita akan menangis terisak-isak karena pada dasarnya berthawaf dengan pakaian ihram esensinya adalah lepaskan semua atribut kebesaran, tdak boleh memakai parfum agar engkau tidaik merasa lebih wangi dari yg lain krn Allah hanya akan mau menerima hambaNya dlm keadaan suci bersih fisik, hati, jiwa dan pikiran.

 

Jangan ada berhala apapun didalam hati ini, sebagaimana ka'bah yg kau kitari didalamnya juga kosong tanpa ada materi apapun. Jangan pernah mengucapkan kata-kata negatip (rafats) bertamu kepada-Nya.

 

Ka'bah adalah Bangunan Kasih Sayang yg Allah meminta Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as utk membangunnya dan memanggil semua manusia dtg ke ka'bah, sbg peringatan cinta manusia hny kpd Allah melebihi kpd anaknya sendiri (setelah kedua Nabi tsb lulus dari ujian Allah menyembelih yg plng disayangi setiap manusia yaitu anaknya sendiri dan diganti seekor domba besar).

 

Labbaik Allahumma labbaik ... labbaik la syarikalaka labbaik .. Innalhamda wal nikmata lakawal mulk laa syarikalak. Allah ... Allah... aku datang memenuhi panggilan-Mu ... bergetar seluruh tubuh, jiwa dan hati serta air mata karena cinta ... karena cinta ... hanya karena cinta.

 

 

VI. ACTION (Disimulasikan dengan melakukan Sa'i)

 

Rukun Haji selanjutnya setelah Wukuf, Lempar Jumroh dan Thawaf adalah Sa'i. Esensi dari SA'I adalah bukan hanya napak tilas Bunda Hajar dari Bukit Soffa dan Bukit Marwa p.p dalam 7 x. Namun, SA'I adalah perjuangan manusia tanpa kenal lelah  karena suatu keyakinan bahwa pada ambang batas dimana seorang manusia sudah tidak sanggup lagi, maka pertolongan Allah akan datang secara tidak terduga.

 

Ketika bayi Isma'il menangis karena tidak ada minuman ditengah padang pasir panas terik. Bunda Hajar tidak berpangku tangan dg hny berdo'a. Namun, dia mencari air dari bukit soffa ke bukit marwa. Tidak hanya berjalan, tetapi berlari bolak-balik. Setiap 1x bolak-balik dia tetap berprasangka baik dengan memuji Allah yang sekarang diabadikan oleh setiap jama'ah Haji yaitu mengucapkan :"Bismillahi Allahu Akbar"

 

Setelah ke 7x nya dia sudah tidak sanggup lagi, dia lemah dan lunglai kehausan, pasrah dan dikembalikannya semua urusan kepada Allah. Subhanallah, ternyata dia dapati dikaki Ismail adalah rembesan air yg kemudian digalilah sehingga menjadi tempat minum. Bukan sekedar air tetapi air yg mengenyangkan dan mengobati...Itulah Air Zamzam.

 

Bunda Hajar berlari2 kesana kemari bukan karena AIR, tetapi karena KEYAKINAN bahwa pertolongan Allah pasti datang menyelamatkan.

 

 

VII.   RESULTING (Disimulasikan dengan Zamzam)

 

Jika step I s/d VII telah dilakukan dengan baik dan benar, maka kemakmuran /kesejahteraan kita, keluarga kita, perusahaan tempat kita bekerja dan lingkungan kita akan terpancar jelas sejelas Sumur Air Ajaib yang TAK PERNAH KERING, MENGOBATI, DIMINUM BERMILYAR ORANG sejak 5,000 tahun yang lalu hingga sekarang serta SUMBER AIR SATU2NYA dan TIDAK BISA DI DRILL TWIN WELL.

 

Begitulah kita, sepulang dari Haji bisa mengerti bahwa kita (dilambangkan dengan usaha Bunda Hajar) bekerja bukan karena GAJI tetapi karena KEYAKINAN bahwa Allah akan memberikan JALAN untuk menyelamatkan serta mensejahterakan perusahaan, keluarga, masyarakat (dilambangkan dg Ismail).

 

Bekerjanya kita harus sepenuh hati (Bunda Hajar bukan hanya Berjalan tetapi Berlari-lari), TOTAL ACTION.

 

Hingga tercapailah Keselamatan, Kemajuan, Kemakmuran yg kenikmatannya dirasakan oleh Pribadi, Perusahaan, Keluarga, Kaum Dhua'fa yang diidam-idamkan setiap orang. Itulah perlambang AIR ZAMZAM yang diidam-idamkan oleh setiap orang. Itulah Leader, itulah Kita yang mempunyai Tugas dari Allah untuk mensejahterakan dan menyelamatkan ummat-Nya dan lingkungan yang diciptakan-Nya.

 

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI

 

From: Suparman
Sent: Monday, September 23, 2013 6:58 AM
To: BDI
Subject: Mabrur Pascahaji

 

Mabrur Pascahaji

Sabtu, 21 September 2013, 10:12 WIB

Jamaah Haji di Masjidil Haram

 

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhbib Abdul Wahab 
Musim haji sudah tiba. Syawal, Dzul Qaidah, dan Dzul Hijjah adalah bulan-bulan haji. Umat Islam yang kini tengah menunaikan rukun Islam kelima ini tentu sudah bersiap diri, baik fisik, finansial, maupun mental spiritual.

Para tamu Allah  (dhuyuf ar-Rahman) itu tentu juga berniat dan berharap memperoleh haji mabrur, yang balasannya tidak lain adalah surga (HR Muslim).
   
Jamaah haji Indonesia termasuk yang terbesar di dunia, dan boleh jadi yang paling banyak membelajakan hartanya di Tanah Suci.

Para alumni Tanah Suci itu sering digugat: "Mengapa jumlah jamaah haji yang terus meningkat setiap tahun, bahkan ngantri bertahun-tahun, tidak berbanding lurus dengan penurunan angka korupsi atau perbaikan integritas dan akhlak  umat Islam?" "Apa bukti kemabruran haji mereka?

Oleh karena itu, aktualisasi kemabruran pascahaji merupakan sebuah keharusan, agar ritualitas ini tidak berhenti pada tataran pemenuhan atau pengguguran kewajiban, melainkan harus membuahkan perilaku moral yang mulia dan terhormat.

Berhaji bukan sekadar untuk mengejar dan memperoleh gelar haji, tetapi yang lebih penting lagi adalah menjadi orang benar-benar mengamalkan nilai-nilai moral-spiritual pascahaji.
    
Haji itu ibadah multidimensional. Manasik haji bukan sekadar ritualitas fisik tanpa makna. Prosesi manasik haji adalah sebuah drama kehidupan yang kaya makna, terutama makna sosial kultural.

Haji dimulai dengan niat ihram. Pakaian ihram mengandung pesan bahwa menjadi tamu Allah itu harus suci lahir batin, tidak egois, tapi emansipatoris dan siap memenuhi panggilan ketaatan (talbiyah) hanya kepada-Nya dan hanya berharap memperoleh ridha-Nya.
   
Thawaf bukan sekadar mengelilingi Ka'bah tujuh kali. Thawaf mendidik jamaah haji bergerak dinamis dalam orbit tauhid. Keteguhan dan konsistensi dalam bertauhid memacu gerak untuk maju dan terus maju.

Orang yang berthawaf adalah orang yang antikemunduran dan kejumudan. Thawaf menyadarkan pentingnya nilai progresivitas sosial yang bersendikan nilai-nilai tauhid.
   
Sa'i antara Shafa dan Marwa melambangkan etos dan disiplin kerja yang tinggi. Siti Hajar, ibunda Nabi Ismail AS, memberikan keteladanan sebagai seorang ibu yang tidak pernah menyerah untuk berusaha demi masa depan anaknya yang saat itu menghadapi kesulitan.

Etos dan disiplin kerja itu harus dimulai dari shafa (ketulusan hati dan kejernihan pikiran). Etos dan disiplin sa'i harus maksimal agar mencapai Marwa (kepuasan hati, hasil maksimal atau prestasi tinggi).
   
Wuquf di Arafah adalah kesadaran terhadap pentingnya berhenti sejenak sambil makrifat diri untuk dapat merasakan kehadiran Allah SWT.

Sebagai lambang miniatur makhsyar di akhirat kelak, wukuf memberi kesadaran akan pentingnya introspeksi diri, pengenalan jati diri, dan yang lebih penting lagi "pengadilan terhadap diri sendiri". Jika selama ini manusia cenderung mengadili orang lain, atau tidak pernah berbuat adil,

Wuquf di Arafah adalah momentum yang tepat untuk mengambil keputusan yang arif: apakah selama ini yang berwukuf sudah benar-benar menjadi hamba-Nya ataukah masih menjadi hamba-hamba selain-Nya? Apakah yang berwukuf itu sudah meneladani akhlak Allah atau masih selalu mengikuti hawa nafwu dan setan?
   
Karena itu, di malam hari menuju Mina, para jamaah haji diminta bermabit di Muzdalifah (mendekatkan diri), sekali lagi bertaubat dan bermunajat kepada Allah sambil menyiapkan amunisi jihad di jamarat Mina.

Mina adalah simbolisasi cita dan cinta. Karena cinta-Nya yang tulus kepada Allah, Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak kesayangannya, Ismail. Berjuang melawan setan dan hawa nafsu hanya bisa dimenangi oleh rasa cinta yang tulus kepada Allah.

Dengan cinta karena-Nya, Ibrahim akhirnya memperoleh cita-citanya: anaknya tidak jadi korban, karena manusia memang tidak pantas dikorbankan. Ismail adalah generasi masa depan, penerus perjuangan ayahnya.
    
Haji adalah ibadah yang paling multikultural; diikuti oleh aneka suku bangsa, bahasa, negara, adat-istiadat, watak, karakter, latar belakang sosial ekonomi dan budaya. 

Melalui syariat haji ini, Allah sungguh menitipkan pesan-pesan moral agar manusia saling bersikap emansipasi, toleransi, saling menghargai, cinta damai, disiplin dan etos kerja tinggi, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia sebagaimana dipesankan dalam khutbah wada' Nabi Muhammad SAW.

Dengan memahami nilai-nilai moral haji tersebut, para jamaah haji diharapkan dapat mempertahankan kemabruran pascahaji! Semoga!

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar