Rabu, 31 Juli 2013

FW: Guru ngaji (TPQ/TPA) apakah termasuk 8 Asnaf?

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Jamil
Sent: Thursday, August 01, 2013 6:09 AM
To: BDI
Subject: Guru ngaji (TPQ/TPA) apakah termasuk 8 Asnaf?

 

Assalamu’alaikum wr.wb

 

Mohon penjelasan, sebagaimana yang tercantum dalam (At-Taubah:60). Tentang 8 Asnaf yang berhak menerima zakat fitrah salah satu diantaranya adalah fisabilillah (orang yang berjuang dijalan Alloh).

Didesa saya sudah menjadi tradisi anak-anak yang mengaji di TPQ/TPA memberikan zakatnya langsung ke guru ngajinya, apakah hal ini dibolehkan? Sejauh mana cakupan definisi fisabilliah tersebut?

 

Demikina terimaksih atas penjelasannya

Wassalamu’alaikum wr.wb

J a m i l

 

 

FW: Mari Berhenti Sejenak

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Irvan Desmal
Sent: Wednesday, July 31, 2013 9:54 PM
To: BDI
Subject: Mari Berhenti Sejenak

 

Mari Berhenti Sejenak …

 

 

Masih segar diingatan rangkaian kegiatan MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)*) yang diadakan oleh BDI Vico Jakarta beberapa waktu yang lalu. Sebuah kegiatan menaik dan bermanfaat juga merupakan salah satu momen indah untuk introspeksi diri, berhenti sejenak serta melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Berhenti memang sebuah kewajaran dari adanya berjalan atau berlari. Ibarat mobil, ia mesti juga berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar yang membuatnya laju. Sama halnya dengan kereta yang berhenti di setiap stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, mengisi bahan bakar, mengecek mesin agar perjalanan selamat hingga ke tujuan. Ia juga seperti halnya seekor burung yang  hinggap di pepohonan, menghimpun tenaga untuk kemudian kembali terbang lebih jauh.

 

Sebagaimana halnya momentum mabit, maka momentum bulan Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk berhenti sejenak serta bermuhasabah dari semua kesalahan-kesalahan. Sebagai manusia, terkadang akan sulit untuk berkontribusi kepada keluarga, perusahaan dan masyarakat tanpa perasaan jujur pada diri sendiri. Hanya dengan jujur dengan diri sendiri, keberkahan itu akan terpancar dan kemanfaatan akan dirasakan orang lain. Dengan merenung sejenak kita berani jujur untuk menghitung-hitung bekal hari esok dan mengukur keikhlasan yang selama ini kita miliki. Benarkah kita telah meniatkan kerja keras, cerdas, tuntas yang telah kita lakukakan selama ini murni karena mencari ridha Allah SWT atau malah hanya untuk tujuan duniawi semata. Berhenti sejenak menjadi momen bagi insan untuk merenungi dan menginsafi perjalanan diri. Ia menjadi saat yang baik untuk mereposisi komitmen dan mungkin memperbarui dan menyegarkan niatan hidup. Berhenti sejenak juga menjadi sarana mencharge kekuatan. Seperti analogi mobil di atas, kita pun perlu merehatkan diri. Asal, pemberhentian itu adalah pemberhentian yang diniatkan dan dikomitmenkan untuk mengisi bahan bakar, mengecek dan memperbarui perbekalan, menyusun strategi untuk memperbaiki yang lalu.

Begitu pentingnya berhenti/jeda sejenak dalam kehidupan ini, sehingga Rasulullah saw tidak menyudutkan Hanzalah atas segenap perasaan yang ditumpahkan kepada beliau  saat merasakan aroma kemunafikan yang menghinggapinya.

“Ketika aku bersamamu ya Rasulullah, aku merasakan seolah-olah syurga dan neraka itu sangat dekat. Lantas air mataku mengalir. Tapi, di rumah aku bersendagurau bersama anak-anak dan isteriku . Tidakkah aku ini seorang munafik ya Rasulullah?”, ujar Hanzalah.

Rasulullah tersenyum, lalu bersabda,“Demi yang jiwaku di tanganNya andai kalian tetap seperti kalian di sisiku dan terus berdzikir niscaya para malaikat akan berjabat tangan kalian, sedang kalian berada di atas tempat tidur dan di jalan raya, akan tetapi wahai Hanzalah, ada waktumu (untuk beribadah) dan ada waktumu (untuk duniamu)”. – HR. Muslim

Sekarang, marilah kita tengok kehidupan kita. Akankah kita melakukan jeda dari segenap kesibukan duniawi untuk kemudian bermunajat kepada Allah, menanamkan kembali rasa syukur atas setiap curahan rahman dan rahimNya yang telah lama kita abaikan? Akankah kita merasa perlu untuk berhenti sejenak menghisab diri untuk kemudian bertaubat menyungkur sujud kepada Sang Khaliq, meraih kembali kekokohan iman yang kini sudah kian rapuh?

Yaa Bilal, arihna bi shalaah.” Demikian kata Rasulullah saw kepada Bilal. “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.’ Dan, Rasulullah pun mengistirahatkan diri dengan shalatnya, merasakan kesejukan dan kesenangan di dalamnya, sebagaimana pula sabda beliau, “Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain (sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.”

Demikianlah, Allah sang Khaliq  Maha Tahu keadaan makhlukNya, Dia berikan kesempatan kepada kita untuk berhenti sejenak dalam terminal-terminal kehidupan. Dalam sehari  ada lima waktu jeda untuk melakukan shalat. Dan dalam setiap bilangan tahun, ada Ramadhan **)

*) Acara yang syarat makna dan kemanfaatan, jazakumullah khair untuk para panitia  **) ditulis dari berbagai sumber

 

FW: Imam Tarawih Bergantian

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Suparman
Sent: Wednesday, July 31, 2013 6:53 AM
To: BDI
Subject: Imam Tarawih Bergantian

 

Imam Tarawih Bergantian

Selasa, 30 Juli 2013, 00:57 WIB

Umat Muslim menjalankan shalat Tarawih pertama bulan suci Ramadhan 1434 H di Masjid Istiqal, Jakarta, Selasa (9/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

 

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb.
Ustaz, pada saat ini kita saksikan dalam suatu masjid terkadang dihadiri berbagai macam penganut aliran mazhab fikih, khususnya bulan Ramadhan.

Pertanyaannya, bolehkah imam shalat Tarawih dilakukan secara bergantian antara penganut aliran 11 rakaat dengan 23 rakaat?

Misalnya, delapan rakaat pertama dipimpin imam penganut 11 rakaat, lalu pada rakaat kesembilan hingga ke-20 oleh imam penganut 23 rakaat, sedangkan pada shalat Witir kembali dipimpin imam penganut 11 rakaat atau 23 rakaat.

H A Eddy Widjaja

Waalaikumussalam wr wb.

Seperti telah kami jelaskan pada edisi terdahulu, para Sahabat Nabi dan al-salaf al-shaleh (ulama generasi awal Islam) berbeda pendapat dalam menetapkan bilangan rakaat shalat Tarawih.

Perbedaan itu terjadi karena tidak ada perintah atau larangan yang tegas dari Nabi Muhammad SAW menyangkut bilangan rakaat tertentu.

Nabi sendiri biasa melakukannya 11 rakaat karena di setiap rakaat membaca surah yang panjang sekali. Pada masa Umar bin Khattab, panjang bacaan Alquran dalam shalat dikurangi dan bilangan rakaat Tarawih ditambah menjadi 23 rakaat. Sebab, saat itu Tarawih mulai dilakukan secara berjamaah.

Keadaan makmum saat itu beragam, ada anak muda dan orang tua, bahkan anak kecil. Karena yang melakukan sebanyak 23 rakaat di Masjidil Haram saat itu menyelinginya dengan thawaf setiap empat rakaat, para penduduk Madinah yang tidak mau ketinggalan pahala menambah bilangan rakaat menjadi 39 rakaat.

Mereka mengganti thawaf yang tidak bisa dilakukan di Madinah dengan empat rakaat Tarawih. Kesemuanya itu adalah sunah yang harus atau boleh diikuti sebab perintah mengikuti sunah tidak hanya tertuju pada sunah Nabi, tetapi juga sunah para al-khulafa al-rasyidun.

Nabi bersabda, “Kalian harus mengikuti sunahku dan sunah para khalifah yang mendapat petunjuk (al-khulafa al-mahdiyyun al-rasyidun). Berpegang teguhlah kepada keduanya dengan sungguh-sungguh.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Atas dasar tersebut, pendapat mana saja yang diambil itu baik dan dianggap telah mengikuti sunah selama dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan tuma’ninah.

Apa yang dilakukan di sebagian masjid seperti pada kisah di atas adalah sebuah langkah yang mencerminkan sikap toleran dalam menyikapi perbedaan pendapat yang perlu terus kita kembangkan. Meski, itu tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah dan para sahabatnya.

Namun, itu tidak berarti terlarang untuk dilakukan sebab ada dasar hukumnya, yaitu sama-sama mengikuti sunah.

Perbedaan pendapat di kalangan ulama memang sejatinya memberikan alternatif kemudahan bagi umat dalam beribadah sehingga sesuai dengan keadaannya.

Allah memerintahkan kita berbakti dan beramal baik sesuai dengan kemampuan (QS al-Taghabun [64]: 16).

Dalam konteks ini perbedaan dapat menjadi rahmat. Namun, persoalan muncul ketika perbedaan itu dibawa ke ranah yang sempit dengan balutan fanatisme berlebihan.

Keadaan ini melahirkan sikap saling membid’ahkan (tabdî`), saling menyesatkan (tadhlil), merasa paling benar, dan mengafirkan pihak-pihak lain (takfîr). Semoga kita dapat terus mengembangkan keharmonisan dalam perbedaan dan keragaman.

Sebab, perbedaan akan terlihat indah jika diwarnai oleh sikap saling menghormati dan menghargai. Demikian, wallahua’lam bish shawab.

 

Dr M Muchlis Hanafi MA

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

FW: khotbah memakai Bahasa Arab

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Gunurrochim
Sent: Wednesday, July 31, 2013 8:12 AM
To: BDI
Subject:

 

Assalamualaikum

 

 

Ingin bertanya apa kah boleh kalau khotbah itu semua memakai Bahasa Arab?

Sebelumnya terima kasih (Jazakumuullah ) atas jawabannya

 

 

Wassalam

GR

 

FW: Mohon pencerahan

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: M. Jamaluddin
Sent: Wednesday, July 31, 2013 10:18 AM
To: BDI
Cc: Pengurus BDI Badak
Subject: RE: Mohon pencerahan

 

Assalamua'alaikum wa rohmatulloh wa barokatuh.

 

Bismillahirrohmanirrohim,

Sharing :

 

Ibadah ada 3 pembagian:

1.       pertama ibadah bersifat rasional (ma'qul) seperti ketentuan pencuri harus dihukum, orang berhutang harus mengembalikan,

2.       kedua ibadah  irasional (mahdloh/ghoiru ma'qul) atau hanya murni bentuk manifestasi pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta, contoh melempar jamarat (tujuh batu) saat beribadah haji dan orang kentut membatalkan wudlu seseorang, konsep ini tidak masuk  pada logika nalar namun dilakukan semata sebagai bentuk kepatuhan pada perintah Tuhan.

3.       Ketiga ibadah akumulatif seperti zakat.

(Pembagian 3 jenis ibadah ini menurut Imam Al Ghazali)

 

 

 

Berbicara syari'at: Zakat adalah berbagi antara si kaya kepada si miskin(logis), adapun perhitungannya tidak Logis/ tidak bisa dihitung-hitung, ada hakikat dibalik itu.

 

Imam Syafi'i berpendapat bahwa zakat fitrah sesebesar 1 sho' (setara dengan 4 mud) mutlak harus dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok setempat tanpa  bisa diganti dengan uang yang senilai atau bahkan lebih. Demikian Karena ada campuran unsur ta'abbud (pengabdian hamba). Pendapat Imam Syafi'i ini diikuti oleh semua ulama' pengikutnya tanpa terkecuali.

 

Imam Hanafi yang memandang bukan sisi ta'abbudiyahnya yang menonjol, namun kebutuhan si faqir-lah yang diutamakan.

 

Sebenarnya, sho' dan mud merupakan satuan ukuran atau volume, bukan takaran sebagaimana yang diasumsikan banyak masyarakat.

 

1 mud versi Imam Syafi'i, Hanbaly dan Maliky adalah 0,766 liter atau kubus berukuran sekitar 9,2 cm,

 

1 sho' versi Imam Syafi'i, Hanbaly dan Maliky 3,145 liter setara dengan kubus seukuran 14,65 cm.

 

Realistis bahwa konversi pada hasil berat, setiap beras mempunyai kadar air yang masing-masing berbeda maka hasilnyapun juga tidak sama, kemungkinan inilah yang menjadikan perbedaan pendapat ulama' Indonesia tentang berapa berat zakat fitrah jika dijadikan dalam bentuk satuan kilogram (kg) sehingga terjadi perbedaan pendapat mulai antara sekitar 2,5 kg sampai 2,8 kg.

 

Bagi kita bebas mengikuti pendapat antara ukuran tersebut, namun jika ingin mengikuti langkah ihtiyath (berhati-hati) maka ambil 2,8 kg.

 

Untuk kalangan syafi'iiyyah, Ulama Indonesia tidak diperbolehkan memberikan zakat berupa uang karena keluar dari konsep yang cetuskan Imam berikut ulama' pengikutnya.

 

madzhab Hanafi, menggunakan uang sebagai alat zakat fitrah,

 

catatan penting: setiap orang diwajibkan mengikuti satu qodliyah (satu rumpun hukum).

Dalam hal ini, ia harus mengikuti paket hukum zakat konsep Syafi'iyyah atau hanafiyah supaya tidak talfiq(memilih yang enak dan sesuai dengan keinginan sendiri dan tidak istiqomah).

 

Menurut Imam Hanafi, zakat meskipun dikeluarkan dalam bentuk uang, nilainya harus setara dengan nilai kadar ukuran sebagaimana redaksi tekstual hadist Nabi Muhammad SAW yaitu berupa  1 sho' tamr (kurma), atau 1 sho' gandum sya'ir atau ½ sho' zabib (anggur) atau ½ sho' gandum burr, bukan beras sebagai acuan.

 

Solusi bagi para Amil zakat dalam menyiasati zakat menggunakan uang tanpa harus pindah madzhab dan kurang difahami masyarakat Indonesia:

1.       siapkan beras milik panitia untuk melayani mereka yang datang dengan menggunakan uang kontan. Mintalah mereka untuk membelinya, setelah beras ia terima, kemudian transaksi zakat baru dapat dilaksanakan. Beras yang dibuat transaksi harus murni persediaan panitia (bukan sudah dari zakat), karena menjual zakat orang lain diharamkan.

2.       Panitia harus menyalurkan zakat dalam bentuk beras pula tidak boleh dijual lalu dibagi dalam bentuk uang.

3.       Penyaluran beras zakat harus dilakukan silang, artinya jangan sampai ada muzakki (orang yang berzakat) menerima beras yang ia berikan tadi, ini berimbas ia menerima zakatnya sendiri.

 

 

Masalah fiqh sudah berbeda pendapat antara para imam fuqoha, jadi boleh berbeda tapi sepakat harus bermadzhab kepada mereka-mereka para fuqoha yang berkompetensi, orang saat ini tidak boleh menganalisa sendiri dengan alasan berijtihad, karena orang  yang berhak berijtihad harus memenuhi syarat-syarat yang cukup berat.

 

Robbuna al-musta'an wa muwaffiq aqwamitthorieq,

Wassalamua'alikum wr, wb

 

Mohammad Jamaluddin,

Majelis Taklim Baabussa'adah

Badak Makmur Muara Badak.

 

From: BDI
Sent: Wednesday, July 31, 2013 8:43 AM
Subject: FW: Mohon pencerahan

 

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: A. Omar Arief
Sent: Tuesday, July 30, 2013 9:43 AM
To: BDI
Subject: Mohon pencerahan

 

وَبَرَكَاتُهُ اللهِ وَرَحْمَةُ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ

 

Pak Uztad,

 

Tanya: Bolehkah Zakat Fitrah diganti dengan uang? Dan nilainya, sesuai dengan harga makanan pokok yang dimakan?(2.5kg/3kg)

Zakallah Khairon Kastiro

Terimakasih,

 

Wassalam

A.Omar Arief

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

Selasa, 30 Juli 2013

FW: Mohon pencerahan

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: A. Omar Arief
Sent: Tuesday, July 30, 2013 9:43 AM
To: BDI
Subject: Mohon pencerahan

 

وَبَرَكَاتُهُ اللهِ وَرَحْمَةُ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ

 

Pak Uztad,

 

Tanya: Bolehkah Zakat Fitrah diganti dengan uang? Dan nilainya, sesuai dengan harga makanan pokok yang dimakan?(2.5kg/3kg)

Zakallah Khairon Kastiro

Terimakasih,

 

Wassalam

A.Omar Arief

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

FW: Meninggal Kala Ramadhan

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Tuesday, July 30, 2013 6:50 AM
To: BDI
Subject: Meninggal Kala Ramadhan

 

Meninggal Kala Ramadhan

Jumat, 26 Juli 2013, 17:18 WIB

Ramadhan (ilustrasi)

 

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb
Ustaz, benarkah orang yang meninggal dunia pada bulan Ramadhan akan masuk surga? Apakah ada dalilnya dari Alquran dan hadis? Terima kasih.

Hamba Allah

Waalaikumussalam wr wb

Di antara keutamaan bulan Ramadhan, seperti dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Bila datang bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR Bukhari).

Sebagian orang memahami, karena pintu surga dibuka maka yang meninggal dunia di bulan Ramadhan akan masuk surga.

Persoalannya tidak sesederhana itu, sebab pengertian hadis di atas, seperti pernah kami jelaskan terdahulu, bila dipahami secara literal berarti sebagai pertanda bagi Malaikat di langit bahwa bulan mulia telah datang dan setan dilarang untuk mengganggu.

Bila dipahami secara metafor maka dibukanya pintu surga berarti terbukanya kesempatan untuk melakukan berbagai amal saleh dan meraih pahala dari Allah sebanyak-banyaknya yang akan menjadi sebab masuk surga. Allah berfirman, “Masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS al-Nahl [16]: 32).
 
Jadi, seseorang masuk surga karena amal perbuatannya. Bahkan, bukan hanya itu, dalam sebuah hadis dinyatakan, “Seseorang tidak akan masuk surga karena amal perbuatannya, termasuk Rasulullah, tetapi karena rahmat dan karunia Allah.” (HR Ahmad dari Abu Hurairah).

Dua hadis ini tidak bertentangan sebab rahmat dan karunia dari Allah dapat diperoleh dengan melakukan amal saleh secara ikhlas karena-Nya.

Jadi, seseorang masuk surga adalah karena rahmat dan karunia Allah, sebabnya adalah amal saleh, dan bulan Ramadhan adalah saat seseorang melakukan banyak amal saleh.

Saya sendiri tidak menemukan ayat atau hadis yang menyatakan secara tegas bahwa seseorang yang meninggal dunia pada bulan Ramadhan akan masuk surga.

Meski demikian, seorang Muslim yang ditakdirkan oleh Allah meninggal dunia pada bulan Ramadhan atau waktu-waktu lain yang dianggap utama, seperti hari Jumat atau tempat-tempat utama, seperti Makkah, Madinah, dan Baitul Makdis, kita berharap dan berdoa semoga itu menjadi sebab bertambahnya rahmat dan ampunan dari Allah. Seseorang tidak bisa memilih kapan dan di mana dia akan meninggal (QS Lukman [31]: 43).

Maka, setiap kita hendaknya memperbanyak amal saleh dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Rahmat dan karunia dari Allah tidak dibatasi oleh waktu dan tempat tertentu.

Bukanlah waktu atau tempat yang akan menentukan seseorang masuk surga, tetapi amal perbuatannya dan berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Wallahua'lam bish shawab.

Dr M Muchlis Hanafi MA

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

FW: Pengumuman Quiz Ramadhan Pekan#4

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Pengurus BDI Badak
Sent: Tuesday, July 30, 2013 12:23 PM
To: BDI
Subject: FW: Pengumuman Quiz Ramadhan Pekan#4

 

 

Senin, 29 Juli 2013

FW: Sisi Edukasi Ibadah Puasa

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Monday, July 29, 2013 6:52 AM
To: BDI
Subject: Sisi Edukasi Ibadah Puasa

 

Sisi Edukasi Ibadah Puasa

Jumat, 26 Juli 2013, 13:38 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Muhammad Hariyadi MA*
Allah SWT tidak menurunkan syariat_bagi umat manusia, kecuali dengan menyertakan sisi edukasi yang terdapat di dalamnya.

Shalat misalnya, disyariatkan oleh Allah SWT agar manusia terdidik menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan kemungkaran. Zakat mendidik manusia untuk bersikap dermawan terhadap sesama. Haji mendidik manusia untuk mengembangkan kesadaran manusia sebagai umat yang satu di hadapan Allah SWT.

Puasa Ramadhan yang memiliki manfaat kesehatan, fisik, mental maupun spiritualnya dengan tujuan menjadi pribadi yang bertakwa, juga memiliki sisi edukasi sebagai berikut:

Pertama, puasa mendidik hati dan jiwa kita untuk menjadi pribadi yang ihlas, yaitu melakukan segala sesuatu dengan standar dan tujuan karena Allah SWT. Hal tersebut karena syah dan tidaknya puasa, batal dan tidaknya, ihlas dan tidak benernya, yang mengetahui hanya pribadi orang yang berpuasa dan Allah SWT.

Maka dengan puasa, hendaknya setiap orang dapat mengembangkan seluruh perbuatannya dengan orientasi hanya kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan ihlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (QS. Al-Bayyinah: 5).

Kedua, puasa mendidik kita untuk memberi fokus pada kehidupan akhirat, di sela-sela kesibukan kita dengan urusan dunia. Maka orang yang berpuasa bukan hanya rela menahan diri dari kebutuhan makan, minum, dan seksualnya, melainkan lebih dari itu siap mengontrol pembicaraan, pendengaran, perbuatan dan hatinya demi untuk menggapai ridha Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Dan sungguh, yang kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (dunia)." (QS. Ad-Duha: 4).

Ketiga, puasa mendidik kita sebagai pribadi yang gemar beribadah kepada Allah SWT dengan tanpa melakukan bantahan, sanggahan, dan keberatan apapun bila diperintah oleh Allah SWT. Hal tersebut karena ketundukan dan ibadah merupakan fitrah manusia yang sejalan dengan ketundukan seluruh makhluk Tuhannya.

Maka orang yang berpuasa akan menyelesaikan ibadahnya sesuai syariat Tuhan sebagai bentuk ketundukan dan ibadah kepada Tuhan. Allah SWT berfirman: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah kepadaku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Keempat, puasa mendidik kita agar memiliki rasa kebersamaan sesama muslim di dalam menjalankan kebajikan, sebab dengan kebersamaan tersebut ibadah puasa yang pada asalnya berat menjadi ringan. Maka kewajiban puasa yang mengenai pada setiap jiwa muslim yang baligh menjadikan sifat dari ibadah puasa yang berat menjadi ringan karena setiap pribadi merasakan kebersamaan dan menghasilkan semacam "oase" yang homogen".

Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183).

Kelima, puasa mendidik kita agar selalu ingat kepada kaum fakir dan miskin. Dengan ketaatan kita menahan rasa lapar dan haus, dan mungkin sebagian lagi lemas untuk beraktivitas merupakan salah satu upaya untuk ikut merasakan perasaan yang sama yang dirasakan oleh kaum fakir miskin.

Jika puasa yang kita lakukan berhasil mendidik diri kita mencapai lima hal tersebut dan mengimplementasikannya pada saat dan di luar bulan puasa, maka kiranya dapat dikatakan bahwa puasa kita tidak keluar dari maksud dan tujuannya. Wallahu A'lam.

*Penulis dosen pasca sarjana PTIQ Jakarta

Redaktur : Heri Ruslan

 

 

Belajar Terjemah Al-Qur'an per Kata - Lanjutan QS Al-Baqarah ayat 14-16

 

Minggu, 28 Juli 2013

FW: Infaq untuk Ifthar

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Pengurus BDI Jakarta
Sent: Monday, July 29, 2013 1:22 PM
To: BDI
Subject: Infaq untuk Ifthar

 

 

FW: JENDELA

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Danang Setiawan
Sent: Monday, July 29, 2013 6:10 AM
To: BDI
Subject: JENDELA

 

Sepasang orang muda yg baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.

Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sdg menjemur kain.
... "Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.
"Sepertinya dia tdk tahu cara mencuci pakaian dgn benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam & tdk memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang
istri memberikan komentar yg sama tentang kurang bersihnya si tetangga
mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian yg dijemur
tetangganya terlihat cemerlang & bersih, dan dia berseru kepada
suaminya:
"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar.
Siapa ya kira2 yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata, "Saya bangun pagi sekali hari ini & membersihkan jendela kaca kita."

...Dan begitulah kehidupan. Apa yang kita lihat pada saat menilai orang
lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika hatimu bersih, maka bersih pula pikiranmu..
Jika pikiranmu bersih, maka bersih pula perkataanmu..
Jika perkataanmu bersih(baik), maka bersih(baik) pula perbuatanmu..

Hati, pikiran & perkataan mncerminkan hidup kita.
Jika ingin hidup kita berkembang, maju, n sukses..
Maka kita hrs menjaga hati, pikiran, dan perkataan kita

HATIMU menentukan PIKIRANMU..
PIKIRANMU menentukan PERKATAANMU..
PERKATAANMU menentukan MASA DEPANMU..

 

Firman Allah Swt. di QS Al-Hujuraat ayat 11 :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum memperolokkan kaum yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang diolok) lebih baik dari mereka (yang mengolok)... dst.

 

Firman Allah SWT di QS An-Najm ayat 32 : ...Janganlah kamu merasa dirimu suci...

FW: Makna Ar-rahman 19 -20

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Triono Hari Wibowo
Sent: Sunday, July 28, 2013 12:12 PM
To: BDI
Subject: RE: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Mas Dhody,

 

Dari salah satu tulisan di internet saya pernah mendapati seperti yang saya copy-paste dibawah ini mengenai surat Ar-Rahman 19-20.

 

Mengenai "makna" mungkin akan dijelaskan oleh Bapak2, Ibu yang lain yang lebih memahami.

 

Wassalam

 

 

 

Kebenaran Surat Ar-Rahman 19:20: Dua Laut yang Tidak Pernah Bercampur.

 

Posted on 9 Des 2011 by Rinaldi Munir.

Beberapa hari yang lalu saya baru saja usai menuntaskan mengaji Surat Ar-Rahman. Setiap selesai shalat Maghrib saya punya kebiasaan mengaji Al-Quran. Surat Ar-Rahman adalah surat yang "ajaib" menurut saya, karena di dalamnya Tuhan berulangkali menjelaskan "Maka, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?". Saya ingin mengulas posting tentang surat ini pada lain waktu, insya Allah.

Tadi pagi saya menerima kiriman foto dari rekan dosen ITB melalui milis. Ini foto yang mengagumkan, sebab foto ini membuktikan kebenaran Surat Ar-Rahman ayat 19 dan 20 yang berbunyi:

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing." (Q.S. Ar-Rahman:19-20)

Inilah foto tersebut, yang memperlihatkan aliran dua lautan yang tidak pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yang memisahkannya.

Subhanallah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yang tidak bercampur itu benar-benar ada. Saya sudah sering membaca ayat tersebut, tapi masih belum tahu di mana gerangan air laut yang tidak pernah bercampur itu. Ayat lain yang menceritakan fenomena yang sama terdapat pada Surat Al-Furqan ayat 53 yang berbunyi:

"Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S. Al-Furqaan:53)

Dua lautan yang tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol (Sumber foto dari sini dan sini).

Selat Gibraltar (Jabal Tariq)

Selat Gibraltar dari satelit

Dari hasil googling saya di internet, saya menemukan penjelasan ilmiah tentang laut tersebut. Berikut hasil kutipan saya saya dari berbagai sumber di internet:

Arus Selat Gibraltar memang sangat besar di bagian bawahnya. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu, kadar garam, dan kerapatan air (density)nya. Air laut di Laut Tengah (Mediterania) memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air laut yang ada di Samudera Atlantik. Menurut sifatnya, air akan bergerak dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih rendah. Sehingga arus di selat Gibraltar bergerak ke barat, menuju Samudera Atlantik. Lalu apakah air ini akan bercampur dengan air di Samudera Atlantik?

TIDAK!. Lho?? Ternyata ketika air laut dari Laut Tengah menuju Samudera Atlantik, mereka tidak mencampur. Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air ini. Bahkan batas antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas. Air laut dari Samudera Atlantik berwarna biru lebih cerah. Sedangkan air laut dari Laut Tengah berwarna lebih gelap. Inilah keajaiban alam. Tidak hanya itu yang aneh dari perilaku dari kedua air laut ini. Ternyarta, air laut dari laut Tengah yang tidak mau bercampur dengan air laut dari Samudera Atlantik ini menyusup dibawah air laut yang berasal dari Samudera Atlantik. Air dari Laut Tengah ini menyusup di bawah air dari Samudera Atlantik di bawah kedalaman 1000 meter dari permukaan Samudera Atlantik.

Sumber: http://archive.kaskus.us/thread/3726437

Penjelasan lain secara ilmiah dikutip dari blog ini.

Bagaimana bisa terjadi?

Ceriteranya begini. Air laut dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau laut Tengah melalui Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda. Waktu kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing laut tidak berubah. Dari atas ferry yang kami naiki, masih bisa terlihat dengan jelas mana air yang berasal dari Lautan Atlantik, dan mana air yang berasal dari laut tengah atau laut Mediterania. Kalau dipikir secara logika, pasti bercampur, nyatanya tidak bercampur. Kedua air laut itu membutuhkan waktu lama untuk bercampur, agar karakteristik air melebur. Penguapan air yang di Laut Mediterania sangat besar, sedang air dari sungai yang bermuara di Laut Mediterania berkurang sekali. Itulah sebabnya air Lautan Atlantik mengalir deras ke Laut Mediterania.

Arus air alut di Selat Gibraltar

Sifat lautan ketika bertemu, menurut modern science, tidak bisa bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para ahli kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.

Air laut Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup sampai kedalaman 1000 m dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya. Subhannallah.

Sumber: http://gsumariyono.wordpress.com/2009/05/22/selat-gibraltar-1-pertemuan-dua-jenis-air-laut-yang-berbeda/

Saya terkagum-kagum dengan fenomena alam ciptaan Allah SWT. Al-Quran sudah menyebutkan fenomena ini 15 abad yang lalu, dan ilmu pengetahuan modern mengungkapkannya pada abad 20.

Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Maha benar Allah Yang Maha Agung.

 

 

 

From: BDI
Sent: Sunday, July 28, 2013 1:07 PM
Subject: FW: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Danang Setiawan
Sent: Sunday, July 28, 2013 10:18 AM
To: BDI
Subject: RE: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Bukti nyata ada 2 (dua) lautan dengan warna berbeda menghasilkan batas lautan yang sangat transparan dan sangat jelas

Letaknya ada di Selat Gibraltar antara Maroko dan Spanyol (tempat menyeberang Pasukan Islam ke Eropa).

 

Adanya batas lautan dengan warna yang sangat berbeda diakibatkan oleh sifat fisika dan kimia ( perbedaan kadar garam

Yang sangat ekstrim juga menghasilkan batas tersebut).

 

Kalau bapak mau melihatnya, bapak dengan kapal bisa menyeberang Selat Gibraltar dari Maroko ke Spanyol.

 

Banyak tour yang menawarkan melihat fenomena alam yang disebutkan didalam Alqur'an tersebut.

 

 

Danang Setiawan

 

From: BDI
Sent: Saturday, July 27, 2013 3:25 PM
Subject: FW: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Dhody TA
Sent: Saturday, July 27, 2013 12:24 PM
To: BDI
Subject: Makna Ar-rahman 19 -20

 

وَبَرَكَاتُهُ اللهِ وَرَحْمَةُ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ

 

Bpk/Ibu

Saya ingin sekali memahami "makna" dari ayat tsb..

Terimakasih atas Sharing & pesan2nya..

 

Wassalam

Dhody Al Faath

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

FW: Hadiah

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Monday, July 29, 2013 7:04 AM
To: BDI
Subject: Hadiah

 

Hadiah

Minggu, 28 Juli 2013, 22:31 WIB

Ustaz Yusuf Mansur

 

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Yusuf Mansur
Kita ini kan biasanya meminta. Biasanya berharap. Nggak masalah sih, sebab Allah memang tempatnya meminta.

Dan Allah senang sekali kita mintai pertolongan, bantuan, rezeki. Hanya, coba sesekali, kita yang memberi kepada Allah. Kita beri Allah hadiah.

Dalam satu kesempatan kampanye program tahfidz Alquran untuk masyarakat umum, non santri, saya sampaikan motivasi indah yang saya sendiri sempat rasakan.

Di luar soal ganjaran dan keistimewaan Allah buat mereka yang menghafalkan Alquran, saya sendiri tambah
termotivasi ketika menghafalkan Alquran. Yakni saya katakan kepada diri saya dan saudara-saudara saya, hafalan Alquran kita sebagai hadiah untuk Allah.

Maka di urusan i'tikaf juga saya katakan seperti itu. Allah telah memberikan kepada kita 365 malam atau hari.

Sudah mah di malam-malam biasa, kita nggak memberi balik malam-malam itu untuk Allah, masa di malam-malam mulia, apalagi di 10 malam terakhir, pun kita masih nggak mau memberi Allah. Rasanya kelewatan pelitnya kita.

Sahabat-sahabat Rasul, nggak bicara Rasul, ini sahabat-sahabatnya Rasul, hari biasa pun membagi harinya untuk Allah.

Siang hari mereka bekerja, malamnya untuk Allah. Demikian juga tabi'iin, tabi'it tabi'iin, dan para auliya (kekasih Allah).

Sampai-sampai di mata musuh-musuh Islam saat itu, ada ungkapan, siangnya seperti singa, dan malamnya seperti rahib. Sebutan pujian untuk tentara-tentara Pasukan Islam saat itu. Apalagi tentunya jika masuk malam-malam akhir Ramadhan.

Ya Allah, kangen rasanya saya sendiri untuk menghabiskan malam-malam terakhir untuk i'tikaf, hanya untuk Allah. Nggak untuk dunia melulu.

Di Nasjid al Mansuriyah, Jembatan Lima, hampir nggak ada kaligrafi. Entahlah. Ini salah satu masjid tertua di Jakarta, dibangun pada tahun 1717 M. Tapi nggak ada satu pun kaligrafi. Ini saya amati sejak kecil.

Kecuali satu kaligrafi yang konon tulisan tangan Guru Mansur. Yakni satu tulisan bahasa arab yang isinya
merupakan niat untuk i'tikaf di masjid. Nawaitul i'tikaaf fii haadzal masjid, lillaahi ta'aalaa. Aku niat
i'tikaf di masjid ini, karena Allah.
"

Guru Mansur, seperti kekasih-kekasih Allah yang lain, menghidupkan tradisi para ulama pewaris Nabi, dengan menghidupkan malam-malam. Dan itu bukan hanya di malam-malam akhir Ramadhan saja. Tapi hampir sepanjang malam. Subhanallah, Allahu akbar.

Rupanya Guru Mansur bahkan menjadikan kaligrafi satu-satunya di masjid tua ini, di bilangan Jembatan Lima, Jakarta Barat, senantiasa untuk i'tikaf.

Bahkan kata guru-guru saya, saat duduk saja di masjid, niat langsung i'tikaf. Itu maunya Guru Mansur. Sebagai ajaran Rasul yang mulia. Supaya dihitung berganda-ganda pahalanya. Apalagi malam-malam terakhir Ramadhan.

Saya ingat, nenek saya, putri ketiga Guru Mansur. Saya ketika itu kelas dua Aliyah, saya dipanggil, sambil
kakinya, beliau, Guru Hajjah Iyo, ngomong ke saya. "Suf, cariin umi (panggilan kami ke beliau), obat yang bisa
bikin umi susah tidur. Ini mata masya Allah, ngantuk melulu. Sebel," kata beliau.

Hal ini dikarenakan, beliau memang suka i'tikaf. Hampir setiap waktu, apalagi saat 10 malam terakhir Ramadhan, beliau akan mengupayakan untuk i'tikaf.

Bahkan, satu cita-cita beliau, ingin menghadap Allah (wafatnya) saat i'tikaf atau berada di atas sajadah. Dan
ini terbukti. Semoga Allah meridhai beliau dan kita semua.

Karena itu, momentum 10 malam terakhir Ramadhan ini, mari kita perbanyak ibadah kepada Allah, dan kita memberi hadiah untuk-Nya dengan Alquran.

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

Sabtu, 27 Juli 2013

FW: Makna Ar-rahman 19 -20

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Danang Setiawan
Sent: Sunday, July 28, 2013 10:18 AM
To: BDI
Subject: RE: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Bukti nyata ada 2 (dua) lautan dengan warna berbeda menghasilkan batas lautan yang sangat transparan dan sangat jelas

Letaknya ada di Selat Gibraltar antara Maroko dan Spanyol (tempat menyeberang Pasukan Islam ke Eropa).

 

Adanya batas lautan dengan warna yang sangat berbeda diakibatkan oleh sifat fisika dan kimia ( perbedaan kadar garam

Yang sangat ekstrim juga menghasilkan batas tersebut).

 

Kalau bapak mau melihatnya, bapak dengan kapal bisa menyeberang Selat Gibraltar dari Maroko ke Spanyol.

 

Banyak tour yang menawarkan melihat fenomena alam yang disebutkan didalam Alqur'an tersebut.

 

 

Danang Setiawan

 

From: BDI
Sent: Saturday, July 27, 2013 3:25 PM
Subject: FW: Makna Ar-rahman 19 -20

 

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Dhody TA
Sent: Saturday, July 27, 2013 12:24 PM
To: BDI
Subject: Makna Ar-rahman 19 -20

 

وَبَرَكَاتُهُ اللهِ وَرَحْمَةُ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ

 

Bpk/Ibu

Saya ingin sekali memahami "makna" dari ayat tsb..

Terimakasih atas Sharing & pesan2nya..

 

Wassalam

Dhody Al Faath

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.