Minggu, 28 April 2013

FW: Rayuan Gombal Roman Picisan

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

From: Ardian Wirata
Sent: Saturday, April 27, 2013 8:53 AM
To: BDI
Subject: RAYUAN GOMBAL ROMAN PICISAN

 

Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Cinta itu buta, demikian suatu ungkapan yang sering kita dengar. Jatuh cinta memang sungguh mengasyikkan.  jika seseorang terkena “virus’” ini maka logika dan nalar pun terkadang berhenti mengambil peranan. Yang berperan adalah hati.

Ambillah contoh kecintaan para sahabat rodhiallohu ‘anhu kepada Alloh ‘azza wa jalla dan Rasululloh Shollallohu ‘alayhi wassalam. Ini adalah suatu kecintaan yang sangat dahsyat. Yang kecintaan itu mengalahkan kecintaan lainnya, jangan kan kecintaan terhadap dunia, kecintaan terhadap ayah bunda, sanak keluarga bakan kecintaan terhadap diri sendiri pun dikalahkan oleh kecintaan yang satu ini.

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, karib keluarga kalian, dan juga harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah (adzab Allah) sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. ’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. ” [At-Taubah: 24]

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, hingga dia menjadikan aku sebagai seorang yang lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya. ” [Muttafaqun ‘Alaihi]

“Tidak (wahai ‘Umar), demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bahkan hendaknya aku juga menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri. [HR. Al-Bukhari]

Maka jadilah mereka rodhiallohuanhu ajma’in menjadi sosok-sosok pembela rasululloh shollallohu ‘alayhi wassalam baik disaat rasululloh shollallohu ‘alayhi wassalam masih hidup maupun ketika sudah wafat dengan cara membela dan melestarikan sunnah beliau shollallohu ‘alayhi wassalam.

Dan ini adalah cinta yang sudah terbukti. Dibuktikan oleh sejarah yang tak pernah lekang ceritanya hingga saat ini. Maka benarlah cinta mereka. Karena cinta yang sesungguhnya memerlukan pengorbanan, memerlukan pembuktian.

Cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Maka suatu hal yang sangat kontradiktif jika seseorang mengaku cinta kepada Nabi shollallohu ‘alayhi wassalam. Namun sikap kesehariannya sangat bertolak belakang dengan Nabi shollallohu ‘alayhi wassalam. 

Jika sesorang cinta (nge-fans) dengan seorang selebritis misalnya, maka orang tersebut akan mengikuti seluruh gaya, tingkah laku, cara berpakaian, keseharian dari selebritis tsb, lalu bagaimana kita? Bahkan terkadang kita malu untuk berjenggot, terkadang kita malu untuk memakai gamis, mengenakan celana cingkrang (diatas mata kaki), kita malu untuk menunjukkan identitas kita sebagai muslim dan berlindung dibalik dalih kalimat rapuh: ”itukan hanya sunnah…” atau “yang penting kan baik hatinya….”. Bahkan mungkin tak jarang kita mencaci orang yang mencoba mengikuti sunnah dengan kata-kata: saklek, kuno, kebanjiran, jenggot kamb#$g, ninja dlsb, wallohul musta’an

Ketika cinta hanya sekedar kata-kata maka tak ubahnya dengan rayuan gombal dari roman picisan seorang bocah ingusan. Tidak akan berbekas dan tentunya tidak akan berbalas. Didalam pepatah arab disebutkan:

Semua orang mengaku cinta kepada layla, namun layla berlepas diri dari mereka

Boleh saja kita mengaku cinta kepada nabi shollallohu ‘alayhi wassalam namun apakah cinta kita benar? Apakah cinta kita cinta sejati? Apakah cinta kita berbalas? Apakah cinta kita akan menyebabkan kita bersama Rasulullohi shollallohu ‘alayhi wassalam di akhirat? Atau malah Rasulullohi shollallohu ‘alayhi wassalam akan mengusir kita dari telaganya. Wal iyyadzubillah.

Waktu yang akan membuktikan seiring dengan pembuktian kita dalam mengikuti setiap sunnah yang beliau shollallohu ‘alayhi wassalam ajarkan.

Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari no. 7049)

(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari no. 7051)

Ya Robb, jadikanlah cinta kami kepada Engkau dan Rasul Mu, cinta yang sejati. Berikanlah kami kekuatan untuk melaksanakan sunnah yang beliau shollallohu ‘alayhi wassalam ajarkan sebagai tanda kecintaan kami kepada nya sehingga kami dapat bersamanya di akhirat kelak.

As Sa’dy dalam tafsirnya mengatakan: “Ayat ini merupakan tolok ukur cinta seseorang kepada Allah dengan sebenar-benarnya cinta atau hanya pura-pura mengaku cinta. Tanda cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , yang Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjadikan sikap ini (ittiba’) dan segala apa yang diserukan sebagai jalan untuk mendapatkan cinta dan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala . Dan tidak akan didapati kecintaan dari Allah Subhanahu wa ta’ala , ridha dan pahala-Nya, melainkan dengan cara membenarkan apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sebagaimana yang ada di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, dengan cara melaksanakan apa yang dikandung keduanya, dan menjauhi apa yang dilarangnya. Maka barangsiapa melakukan hal ini, sungguh ia telah dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala , dibalas sebagaimana balasan terhadap kekasih Allah Subhanahu wa ta’ala , diampuni dosanya, dan ditutupi segala aibnya. Maka (ayat ini) seakan-akan (menjelaskan) bagaimana hakekat mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bagaimana sifatnya.”

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Ia berkata, “Kapan hari kiamat terjadi?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Ia menjawab, “Tidak ada sama sekali. Hanya saja, sesungguhnya saya mencintai Allah dan Rosul-Nya.” Maka beliau bersabda, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas pun mengatakan, “Tidaklah kami berbahagia dengan sesuatu seperti halnya kebahagiaan kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas berkata, “Karena saya mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Dan saya berharap saya bersama mereka karena kecintaan saya kepada mereka, meskipun saya tidak beramal seperti amal mereka. (HR.al-Bukhari kitab al-Jumu’ah bab man intazhara hatta tudfan 5/12 no.3688, Muslim 8/42 kitab Al-Birr wash shilah wal aadaab, bab al-Mar’u ma’a man ahabba 8/42 no.6881)

Allohumma amitna ‘alassunnah (Ya Alloh matikan kami diatas sunnah), Ya Alloh sungguh kami cinta kepada rasul Mu dan para sahabatnya maka kumpulkan lah kami bersama mereka di akhirat kelak, aamiiin ya robbal ‘alamiin…

Wallohu A’lam

Badak, 11 April 2013

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar