Rabu, 31 Juli 2013

FW: Mari Berhenti Sejenak

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Irvan Desmal
Sent: Wednesday, July 31, 2013 9:54 PM
To: BDI
Subject: Mari Berhenti Sejenak

 

Mari Berhenti Sejenak …

 

 

Masih segar diingatan rangkaian kegiatan MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)*) yang diadakan oleh BDI Vico Jakarta beberapa waktu yang lalu. Sebuah kegiatan menaik dan bermanfaat juga merupakan salah satu momen indah untuk introspeksi diri, berhenti sejenak serta melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Berhenti memang sebuah kewajaran dari adanya berjalan atau berlari. Ibarat mobil, ia mesti juga berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar yang membuatnya laju. Sama halnya dengan kereta yang berhenti di setiap stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, mengisi bahan bakar, mengecek mesin agar perjalanan selamat hingga ke tujuan. Ia juga seperti halnya seekor burung yang  hinggap di pepohonan, menghimpun tenaga untuk kemudian kembali terbang lebih jauh.

 

Sebagaimana halnya momentum mabit, maka momentum bulan Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk berhenti sejenak serta bermuhasabah dari semua kesalahan-kesalahan. Sebagai manusia, terkadang akan sulit untuk berkontribusi kepada keluarga, perusahaan dan masyarakat tanpa perasaan jujur pada diri sendiri. Hanya dengan jujur dengan diri sendiri, keberkahan itu akan terpancar dan kemanfaatan akan dirasakan orang lain. Dengan merenung sejenak kita berani jujur untuk menghitung-hitung bekal hari esok dan mengukur keikhlasan yang selama ini kita miliki. Benarkah kita telah meniatkan kerja keras, cerdas, tuntas yang telah kita lakukakan selama ini murni karena mencari ridha Allah SWT atau malah hanya untuk tujuan duniawi semata. Berhenti sejenak menjadi momen bagi insan untuk merenungi dan menginsafi perjalanan diri. Ia menjadi saat yang baik untuk mereposisi komitmen dan mungkin memperbarui dan menyegarkan niatan hidup. Berhenti sejenak juga menjadi sarana mencharge kekuatan. Seperti analogi mobil di atas, kita pun perlu merehatkan diri. Asal, pemberhentian itu adalah pemberhentian yang diniatkan dan dikomitmenkan untuk mengisi bahan bakar, mengecek dan memperbarui perbekalan, menyusun strategi untuk memperbaiki yang lalu.

Begitu pentingnya berhenti/jeda sejenak dalam kehidupan ini, sehingga Rasulullah saw tidak menyudutkan Hanzalah atas segenap perasaan yang ditumpahkan kepada beliau  saat merasakan aroma kemunafikan yang menghinggapinya.

“Ketika aku bersamamu ya Rasulullah, aku merasakan seolah-olah syurga dan neraka itu sangat dekat. Lantas air mataku mengalir. Tapi, di rumah aku bersendagurau bersama anak-anak dan isteriku . Tidakkah aku ini seorang munafik ya Rasulullah?”, ujar Hanzalah.

Rasulullah tersenyum, lalu bersabda,“Demi yang jiwaku di tanganNya andai kalian tetap seperti kalian di sisiku dan terus berdzikir niscaya para malaikat akan berjabat tangan kalian, sedang kalian berada di atas tempat tidur dan di jalan raya, akan tetapi wahai Hanzalah, ada waktumu (untuk beribadah) dan ada waktumu (untuk duniamu)”. – HR. Muslim

Sekarang, marilah kita tengok kehidupan kita. Akankah kita melakukan jeda dari segenap kesibukan duniawi untuk kemudian bermunajat kepada Allah, menanamkan kembali rasa syukur atas setiap curahan rahman dan rahimNya yang telah lama kita abaikan? Akankah kita merasa perlu untuk berhenti sejenak menghisab diri untuk kemudian bertaubat menyungkur sujud kepada Sang Khaliq, meraih kembali kekokohan iman yang kini sudah kian rapuh?

Yaa Bilal, arihna bi shalaah.” Demikian kata Rasulullah saw kepada Bilal. “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.’ Dan, Rasulullah pun mengistirahatkan diri dengan shalatnya, merasakan kesejukan dan kesenangan di dalamnya, sebagaimana pula sabda beliau, “Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain (sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.”

Demikianlah, Allah sang Khaliq  Maha Tahu keadaan makhlukNya, Dia berikan kesempatan kepada kita untuk berhenti sejenak dalam terminal-terminal kehidupan. Dalam sehari  ada lima waktu jeda untuk melakukan shalat. Dan dalam setiap bilangan tahun, ada Ramadhan **)

*) Acara yang syarat makna dan kemanfaatan, jazakumullah khair untuk para panitia  **) ditulis dari berbagai sumber

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar