Selasa, 05 Februari 2013

FW: FATIMAH AZ-ZAHRA

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Najamuddin
Sent: Saturday, February 02, 2013 3:54 PM
To: BDI
Subject: FATIMAH AZ-ZAHRA

 

FATIMAH AZ-ZAHRA
Sekuntum Bunga di Taman Surga

Fatimah binti Muhammad atau lebih dikenal dengan Fatimah Azzahra (mawar yang mekar semerbak) adalah putri bungsu Nabi Saw dengan
Khadijah. Lahir pada Jumat, 20 Jumadil akhir di Makkah, tahun kelima setelah kenabian. Beliau mendapat gelar Asshiddiqah (wanita terpercaya), Aththahirah (wanita suci), al-Mubarakah (yang diberkahi Allah) dan yang paling sering disebut adalah Fatimah Azzahra.
Fatimah tumbuh dewasa di awal pertumbuhan Islam yang penuh dengan rintangan. Beliau menyaksikan sendiri betapa rintangan yang dihadapi sang ayahanda dalam memperjuangkan Islam. Suatu ketika Rasulullah Saw sedang bersujud di depan Ka’bah, tiba-tiba di punggung beliau diletakkan kotoran onta oleh kaum Qurays. Dengan tangisan kesedihan Fatimah pun membersihkan tubuh Nabi Saw dari kotoran.
Ketika berusia 18 tahun, Fatimah dipersunting oleh salah satu sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah Saw,
Ali bin Abi Thalib Kw. Sebagai hadiah pernikahan, Rasulullah Saw memberikan tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung kepada Fatimah.
Nabi Saw pun berkata, "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki-laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam moral dan kebijaksanaan."
Wanita mulia ini memiliki kepribadian yang sabar, penyayang, dan taat beribadah. Karena itu beliau lebih dikenal daripada putri-putri Rasulullah yang lainnya. Rasullullah sering kali menyebutkan nama Fatimah sebagai contoh dalam banyak ceramah beliau. Seperti ketika Rasulullah berkata, "Seandainya Fatimah Azzahra mencuri, niscaya akan kupotong tangannya dengan tanganku sendiri".
Aisyah pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa dengan pribadi yang lebih besar daripada Fatimah, kecuali kepribadian ayahnya." Dan ketika menjawab sebuah pertanyaan, Aisyah berkata, "Fatimahlah yang paling disayang oleh Nabi Saw."

Maka wajar bila jutaan orangtua menamakan putri mereka dengan nama Fatimah Azzahra.

Nasihat Ayahanda

Meski menjadi putri kesayangan Rasulullah Saw, Fatimah tetap rendah hati dan tidak sombong. Di tengah kesulitan hidup keluarganya, beliau tetap menjalankan semua tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu dengan baik. Suami beliau, Ali bin Abi Thalib menuturkan, “Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Beberapa riwayat menceritakan, Fatimah menggiling sendiri gandum untuk makan sehari-hari dengan alat penggiling hingga menimbulkan bekas di telapak tangannya. Beliaumengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya, dan menyapu rumahnya hingga bajunya dipenuhi debu.

Atas semua itu, Rasulullah Saw memberi nasihat kepada sang putri tercinta. Nasihat ini patut direnungkan oleh setiap wanita muslimah zaman kini. Inilah nasihat Rasulullah Saw:

Hai Fatimah, setiap istri yang membuatkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah mencatat baginya kebajikan dari setiap butir biji yang tergiling dan menghapus keburukannya serta meninggikan derajatnya.Hai Fatimah, setiap istri yang berkeringat di sisi alat penggilingnya karena membuatkan bahan makanan untuk suaminya, maka Allah memisahkan antara dirinya dan neraka sejauh tujuh hasta.

Hai Fatimah, setiap istri yang meminyaki dan menyisirkan rambut mereka, dan mencuci baju mereka, maka Allah mencatatkan untuknya pahala seperti pahala orang yang memberi makan 1000 orang yang sedang kelaparan dan seperti pahala orang yang memberi pakaian 1000 orang yang telanjang.

Hai Fatimah, setiap istri yang mencegah kebutuhan tetangganya, maka Allah kelak akan mencegahnya (tidak memberi kesempatan baginya) untuk minum air dari telaga Kautsar pada hari kiamat.

Namun Fatimah, yang lebih utama dari semua itu adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Sekiranya suamimu tidak meridhaimu, tentu aku tidak akan mendoakan dirimu. Bukankah engkau mengerti Fatimah, bahwa ridha suami itu menjadi bagian dari ridha Allah, dan kebencian suami itu merupakan bagian dari kebencian Allah.

Hai Fatimah, manakala seorang istri mengandung maka para malaikat memohon ampun untuknya dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh 1000 kebajikan dan 1000 keburukannya dihapus. Apabila telah mencapi rasa sakit (menjelang melahirkan) maka Allah memcatat untuknya pahala seperti pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Apabila ia telah melahirkan, dirinya terbebas dari segala dosa seperti keadaannya setelah dilahirkan ibunya.

Hai Fatimah, setiap istri yang melayani suaminya dengan niat yang benar, maka dirinya terbebas dari dosa--dosanya seperti pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia akan meninggal dunia tanpa membawa dosa. Ia menjumpai kuburnya sebagai pertamanan surga. Allah memberinya pahala seperti 1000 orang yang berhaji dan berumrah dan 1000 malaikat memohonkan ampunan untuknya hingga kiamat.Setiap istri yang melayani suaminya sepanjang hari dan malam hari disertai hati yang baik, ikhlas, dan niat yang benar, maka Allah mengampuni dosanya. Pada hari kiamat kelak, dirinya diberi pakaian berwarna hijau dan dicatat untuknya pada setiap rambut yang ada di tubuhnya dengan 1000 kebajikan dan Allah memberi pahala kepadanya sebanyak 100 pahala orang yang berhaji dan berumrah.Hai Fatimah, setiap istri yang tersenyum manis di depan suaminya, maka Allah memperhatikannya dengan penuh rahmat.

Hai Fatimah, setiap istri yang menyediakan diri tidur bersama suaminya dengan sepenuh hati, maka ada seruan yang ditujukan kepadanya dari langit, "Hai wanita, menghadaplah dengan membawa amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang."Hai Fatimah, setiap istri yang meminyaki rambut dan jenggot suaminya, memangkas kumis dan memotong kuku-kukunya, maka kelak Allah akan memberi minum kepadanya dari rahiqim makhtum (tuak jernih yang tersegel) dan dari sungai yang ada di surga. Bahkan Allah kelak akan meringankan beban sakaratul mautnya. Kelak dirinya akan menjumpai kuburnya bagaikan taman surga. Allah mencatatnya terbebas dari neraka dan mudah melewati sirath (titian).

Ratu di Surga
Fatimah amat sayang kepada ayahandanya. Beliau merawat luka sang ayahanda sepulang dari Perang Uhud. Fatimah juga ikut bersama Nabi Saw ketika merebut Makkah. Beliau juga ikut ketika Nabi Saw melaksanakan Haji Wada’.Dalam perjalanan haji terakhir itulah Nabi Saw jatuh sakit. Fatimah mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi Saw membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah yang membuat Fatimah menangis. Kemudian Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatimah tersenyum. Setelah Nabi Saw wafat, Fatimah menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya membisikkan berita akhir usianya. Itulah yang menyebabkan Fatimah menangis. Tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatimahlah orang pertama yang akan berkumpul bersama Nabi, maka Fatimah menjadi bahagia.

Enam bulan setelah Nabi wafat, di tahun itu juga Fatimah meninggal dunia ketika sedang membaca Al-Qur’an. Waktu itu Fatimah berumur 28 tahun. Beliau dimandikan oleh suaminya, Ali bin Abi Thalib, dan dimakamkan di Jaat ul Baqih (Madinah), diantar dengan dukacita masyarakat luas.

Fatimah telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusia yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatimah akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di surga." [Fata, dari berbagai sumber]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar