Minggu, 05 Mei 2013

FW: Ibu, Jangan Tinggalkan Anakmu

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Dewi Harti
Sent: Monday, May 06, 2013 10:38 AM
To: BDI
Cc: Danang Budi Prasetyo
Subject: Ibu, Jangan Tinggalkan Anakmu

 

Judul: Ibu, Jangan Tinggalkan Anakmu

Sumber: Majalah Aldakwah

=====================================================================

 

HIKMAH:

Seorang anak tidak TIDAK BOLEH DIBIARKAN SECARA LIAR

bergaul dengan siapa saja, mengambil semua yang

terlintas dan terindera dari lingkungan sekitarnya.

Dibiarkan sendiri MENAFSIRKAN SEGALA SESUATU TANPA

BIMBINGAN DARI ORANGTUANYA. Ibu bagi seorang anak

dapat berubah fungsi sebagi TEMAN tempat mencurahkan

isi hatinya, sebagai PARTNER tempat berbagai masalah

dan mencari solusinya juga sebagai GURU tempat menimba

ilmu pengetahuan tentang kehidupan.

 

Keberhasilan anak juga bukan hanya diukur dari berapa

nilai rapor di sekolah, atau telah "MENJADI SIAPAKAH

MEREKA". Tapi seberapa jauh ia MENGAMALKAN AJARAN

AGAMANYA, SEBERAPA BESAR IA MEMBERIKAN MANFAAT UNTUK

MANUSIA LAINNYA. Memang baik menjadi ORANG PANDAI DAN

BERPENGETAHUAN, tapi akan jauh lebih baik jika menjadi

ORANG YANG BAIK.

=====================================================================

 

 

Ulama-ulama besar terlahir dari rahim ibu shalehah.

Sebuah ungkapan AL UMMU MADRASATUL ULA, IBU ADALAH

SEKOLAH YANG PERTAMA. Tidak berlebihan ungkapan diatas

karena peranan seorang ibu di dalam keluarga. Seakan

sudah tergariskan bagi seorang ibu, bahwa tugas

pendidikan terhadap anak-anak melekat pada dirinya.

Allah pun menganugerahi perangkat-perangkat untuk

melangsungkan proses tarbiyah (pendidikan) itu.

 

Wanita mempunyai anatomi tubuh khusus yang membedakan

dirinya dengan pria, begitu juga dengan beribu sifat

pada dirinya. Sifat yang sangat dominan bagi wanita

adalah KECENDERUNGANNYA MENGGUNAKAN  PERASAANNYA.

Dalam dirinya dipenuhi RASA KASIH SAYANG,

KELEMAHLEMBUTAN, SABAR, PERHATIAN dan EMPATI. Contoh

yang paling mudah ketika kita berikan mobil mainan dan

boneka atau sejenisnya kepada anak perempuan yang

berusia 4 tahun, secara otomatis dia akan memilih

boneka, yang kemudian ia gendong seperti layaknya

seorang ibu kepada anaknya, padahal proses pengajaran

melalui panca indera belum sempurna.

 

ANAK BELAJAR MEMILIKI DAN MENCINTAI ORANG TUANYA,

SALING BERBAGI KASIH SAYANG DAN PERHATIAN DIMULAI

SEJAK IA DALAM GENDONGAN IBUNYA. Kata-kata pertama

yang diucapkan oleh si kecil hingga membentuk sebuah

kalimat, adalah kata-kata yang ia dengar pertama kali

dari mulut ibunya. Anak ketika itu seperti kertas

putih yang siap ditulisi dengan tinta berwarna apa

saja, hitam ataukah merah, seperti pita kosong yang

siap merekam apapun yang ia dengar dan dilihatnya.

Proses pembentukan kejiwaan dan pola fikir akan terus

berlangsung hingga anak beranjak dewasa. Saat anak

telah mampu membedakan nilai-nilai, positif dan

negatif, baik dan buruk, berpahala atau berdosa.

 

Kemampuan membedakan nilai-nilai itu banyak terbentuk

pada saat anak berinteraksi dengan ibunya. Rasulullah

SAW bersabda :

"TIDAKLAH SEORANG ANAK MANUSIA DILAHIRKAN MELAINKAN

PASTI LAHIR ATAS FITRAH (ISLAM), LALU ORANGTUANYALAH

YANG MEMBUATNYA MENJADI YAHUDI, NASHRANI ATAU MAJUSI."

(HR BUKHARI)

Maka seorang ibu yang "SEMPURNA", mempunyai KAFAAH

(KEMAMPUAN) DALAM AGAMA, ILMU PENGETAHUAN dan SIFAT

MULIA, akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan anak

walaupun ada variabel lain yang turut menentukan

seperti lingkungan di sekitar anak.

 

Seorang anak tidak tidak boleh dibiarkan secara liar

bergaul dengan siapa saja, mengambil semua yang

terlintas dan terindera dari lingkungan sekitarnya.

Dibiarkan sendiri menafsirkan segala sesuatu tanpa

bimbingan dari orangtuanya. Ibu bagi seorang anak

dapat berubah fungsi sebagi teman tempat mencurahkan

isi hatinya, sebagai partner tempat berbagai masalah

dan mencari solusinya juga sebagai guru tempat menimba

ilmu pengetahuan tentang kehidupan.

 

Tapi keberhasilan anak bukan hanya diukur dari berapa

nilai rapor di sekolah, atau telah "menjadi siapakah

mereka". Tapi seberapa jauh ia mengamalkan ajaran

agamanya, seberapa besar ia memberikan manfaat untuk

manusia lainnya. Memang baik menjadi orang pandai dan

berpengetahuan, tapi akan jauh lebih baik jika menjadi

orang yang baik.

Akhir-akhir ini, para ibu lebih memilih karir dari

pada urusan rumah tangga. Dalam benak mereka yang ada

melulu soal bagaimana kulit di pipi tetap imut-imut,

bibir tetap merekah dan sebagainya. Akhirnya

pengunjung terbanyak di salon dan Mal-mal adalah kaum

hawa ini. Sang ibu pun lebih senang berdandan layaknya

ABG masa kini.

 

Gejala ini bukanya tanpa sebab. Gelombang gerakan

emansipasi dan feminisme yang menuntut kesetaraan dan

kesamaan antara pria dan wanita telah begitu kuat.

Demikian pula adanya disorientasi dan perubaban cara

pandang terhadap kehidupan. Peran media juga sangat

besar pengaruhnya dalam mendorong terjadi fenomena

ini.

Wanita tak lebih dari sekedar objek yang dijadikan

pemanis produk iklan media. Kontes-kontes kecantikan

di gelar tanpa ada tujuan yang jelas. Pergaulan bebas

laki-laki dan perempuan mulai populer.

 

Jangan kaget, Di Indonesia setidaknya setiap tahun ada

sekitar 700 ribu bayi yang dibunuh sebelum ia sempat

mencicipi sejuknya udara dunia, akibat aborsi oleh

remaja putri. (www.bkkbn.go.id). Islam tidak pernah

meletakkan posisi wanita lebih rendah dari pada

laki-laki, seperti yang dituduhkan oleh Barat. Bahkan

Islam mengangkat derajatnya demikian tinggi, setelah

sebelumnya wanita dilecehkan dan ditempatkan posisi

sama dengan binatang, bahkan bayi wanita yang baru

lahir pun harus dipendam hidup-hidup. Islam memandang

bahwa wanita adalah partner atau dalam bahasa Qur'an

disebut dengan Auliya', firman Allah

 

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan,

sebagian dari mereka ada?.QS at Taubah:71.

 

Islam berusaha mengembalikan posisi seorang wanita

sesuai dengan fithrahnya. Kembali kepada keluarga

menjadi tulangpunggung bagi pendidikan dan pengajaran

generasi selanjutnya, yang tiada lain adalah anak-anak

mereka sendiri.

 

Saat ini telah kita saksikan bahwa sebagian wanita

berpandangan bahwa KELUARGA DAN PENDIDIKAN ANAK BUKAN

MENJADI URUSAN YANG PALING URGEN. Pendidikan dan

perkembangan anak mereka serahkan kepada pembantu

rumah tangga, baby sister atau tempat-tempat penitipan

anak. Ada sebuah sikap yang kurang benar yaitu

menyerahkan semua urusan pendidikan kepada sekolah an

sich, dan biarlah "alam" yang akan membentuk

kepribadian anak. Apakah lupa bahwa DIBALIK SENTUHAN

TANGANNYA YANG LEMAH LEMBUT TERDAPAT PENGARUH KEKUATAN

BESAR YANG MENGALIR KE DALAM DIRI ANAK-ANAK MEREKA

KELAK.

 

Jangan buat air mata ibu meleleh, menyaksikan sekali

lagi, anak-anak mereka "terpaksa" menjadi

perusak-perusak bangsa, koruptor-koruptor, orang-orang

pintar yang keblinger, mendholimi manusia dengan

kepandaiannya.

 

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*

Akhukum fillah,

 

 

=====

FERRY HADARY

IMURA Laboratory (West8 #401)

Department of Mechanical and Environmental Informatics

Graduate School of Information Science and Engineering

Tokyo Institute of Technology - Japan

Email: hadary@cyb.mei.titech.ac.jp

Telp/Fax. 03-5734-2646 (laboratory)

 

 

===================================================================

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar