Sabtu, 20 April 2013

FW: SYUKUR - bag 3

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

 

From: Mohammad Faiz Wirawan
Sent: Thursday, April 18, 2013 10:25 AM
To: BDI
Subject: SYUKUR - bag 3

 

SYUKUR                                                   (3/3)

 

Di  atas  dikemukakan  secara  global  nikmat-nikmat-Nya  yang

mengharuskan   adanya  syukur.  Dalam  beberapa  ayat  lainnya

disebut sekian banyak nikmat secara eksplisit, antara lain:

 

1. Kehidupan dan kematian

 

     Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat)

     Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan,

     kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. (QS

     A1Baqarah [2]: 28).

 

2. Hidayat Allah

 

     Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang

     diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Baqarah

     [2]: 185).

 

3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya.

 

     Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu

     bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 52)

 

4. Pancaindera dan akal.

 

     Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

     keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu

     pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu

     bersyukur (QS An-Nahl [16]: 78).

 

5. Rezeki

 

     Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu

     bersyukur (QS Al-Anfal [8]: 26).

 

6. Sarana dan prasarana antara lain

 

     Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu)

     agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar

     darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan

     yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar

     padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan

     karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]:

     14) .

 

7. Kemerdekaan

 

     Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai

     kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia

     mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu

     orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun)

     (QS Al-Maidah [5]: 20)

 

Masih banyak lagi nikmat-nikmat  lain  yang  secara  eksplisit

disebut oleh Al-Quran.

 

Dalam  surat  Ar-Rahman  (surat  ke-55), Al-Quran membicarakan

aneka nikmat Allah dalam kehidupan  dunia  ini  dan  kehidupan

akhirat  kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan.

Quran mengulangi satu  pertanyaan  dengan  redaksi  yang  sama

yaitu,

 

     Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?

 

Pertanyaan tersebut terulang sebanyak tiga  puluh  satu  kali.

Sementara  ulama menganalisis jumlah itu dan mengelompokkannya

untuk sampai pada suatu kesimpulan.

 

Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan  dalam

kehidupan   di   dunia  ini,  antara  lain  nikmat  pengajaran

Al-Quran,  pengajaran  berekspresi,  langit,  bumi,  matahari,

lautan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.

 

Tujuh  pertanyaan  berkaitan  dengan  ancaman  siksa neraka di

akhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian  dari

pemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmat

Tuhan.

 

Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat  Tuhan  yang

diperoleh dalam surga pertama.

 

Delapan  pertanyaan  berkaitan  dengan  nikmat-nikmat-Nya pada

surga kedua.

 

Dari hasil pengelompokan demikian, para ulama menyusun semacam

"rumus", yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah

yang disebutkan dalam  rangkaian  delapan  pertanyaan  pertama

--syukur seperti makna yang dikemukakan di atas-- maka ia akan

selamat dari ketujuh pintu neraka yang disebut  dalam  ancaman

dalam tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat memilih

pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga,  baik  surga

pertama  maupun  surga  kedua, baik Surga (kenikmatan duniawi)

maupun kenikmatan ukhrawi.

 

WAKTU DAN TEMPAT BERSYUKUR

 

     Segala puji bagi Allah yang memelihara apa yang ada di

     langit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya (pula)

     segala puji di akhirat. Dialah yang Maha Bijaksana lagi

     Maha Mengetahui (QS Saba' [34]: l).

 

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt.  harus  disyukuri,  baik

dalam  kehidupan dunia sekarang maupun di akhirat kelak. Salah

satu ucapan syukur di akhirat adalah dari  mereka  yang  masuk

surga yang berkata,

 

     Al-hamdulillah --segala puji bagi Allah-- yang memberi

     petunjuk bagi kami (masuk ke surga ini). Kami tidak

     memperoleh petunjuk ini, seandainya Allah tidak

     memberikan kami petunjuk (QS Al-A'raf [7]: 43).

 

Demikian terlihat bahwa syukur dilakukan  kapan  dan  di  mana

saja di dunia dan di akhirat.

 

Dalam  konteks  syukur  dalam  kehidupan  dunia  ini, A1-Quran

menegaskan bahwa Allah Swt. menjadikan  malam  silih  berganti

dengan  siang,  agar  manusia dapat menggunakan waktu tersebut

untuk merenung dan bersyukur, "Dia yang menjadikan  malam  dan

siang   silih   berganti,  bagi  orang  yang  ingin  mengambil

pelajaran atau orang yang ingin bersyukur (QS A1-Furqan  [25]:

62).

 

Dalam surat Ar-Rum (30): 17-18 Allah memerintahkan,

 

     Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di

     petang hari, dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan

     bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di

     waktu kamu berada pada petang hari dan ketika kamu

     berada di waktu zuhur.

 

Segala  aktivitas  manusia  --siang  dan   malam--   hendaknya

merupakan  manifestasi  dari  syukurnya.  Syukur  dengan 1idah

dituntut saat seseorang merasakan  adanya  nikmat  Ilahi.  Itu

sebabnya    Nabi    Saw.   tidak   jemu-jemunya   mengucapkan,

"Alhamdulillah" pada setiap situasi dan kondisi.

 

Saat bangun tidur beliau mengucapkan,

 

     Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan

     (membangunkan) kami, setelah mematikan (menidurkan) kami

     dan kepada-Nya-lah (kelak) kebangkitan.

 

Atau membaca,

 

     Segala puji bagi Allah yang mengembalikan kepadaku

     ruhku, memberi afiat kepada badanku, dan mengizinkan aku

     mengingat-Nya.

 

Ketika bangun untuk ber-tahajjud beliau membaca,

 

     Wahai Allah, bagimu segala pujian. Engkau adalah

     pengatur langit dan bumi dan segala isinya. Bagimu

     segala puji, Engkau adalah pemilik kerajaan langit dan

     bumi dan segala isinya ...

 

Ketika berpakaian beliau membaca,

 

     Segala puji bagi Allah yang menyandangiku dengan

     (pakaian) ini, menganugerahkannya kepadaku tanpa

     kemampuan dan kekuatan (dari diriku).

 

Sesudah makan beliau mengucapkan,

 

     Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan

     memberi kami minum dan menjadikan kami (kaum) Muslim.

 

Ketika akan tidur, beliau berdoa,

 

     Dengan namamu Ya Allah aku hidup dan mati. Wahai Allah,

     bafli-Mu segala puji, Engkau Pemelihara langit dan bumi.

 

Demikian seterusnya pada setiap saat, dalam  berbagai  situasi

dan kondisi.

 

Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdulillah, maka dari

saat ke saat ia akan selalu merasa berada dalam curahan rahmat

dan kasih sayang Tuhan. Dia  akan  merasa  bahwa  Tuhan  tidak

membiarkannya sendiri. Jika kesadaran ini telah berbekas dalam

jiwanya, maka seandainya pada suatu, saat ia  mendapat  cobaan

atau merasakan kepahitan, dia pun akan mengucapkan,

 

     Segala puji bagi Allah, tiada yang dipuja dan dipuji

     walau cobaan menimpa, kecuali Dia semata.

 

Kalimat semacam ini terlontar, karena  ketika  itu  dia  sadar

bahwa  seandainya  apa yang dirasakan itu benar-benar mempakan

malapetaka,  namun  limpahan  karunia-Nya   sudah   sedemikian

banyak,  sehingga cobaan dan malapetaka itu tidak lagi berarti

dibandingkan dengan besar dan banyaknya karunia selama ini.

 

Di samping itu akan terlintas  pula  dalam  pikirannya,  bahwa

pasti   ada  hikmah  di  belakang  cobaan  itu,  karena  Semua

perbuatan Tuhan senantiasa mulia lagi terpuji.

 

SIAPA YANG DISYUKURI ALLAH?

 

Al-Quran juga berbicara menyangkut siapa dan  bagaimana  upaya

yang  harus  dilakukan sehingga wajar disyukuri. Dua kali kata

masykur dalam arti yang  disyukuri  terulang  dalam  Al-Quran.

Pertama adalah,

 

     Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi),

     maka Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami

     kehendaki bagi orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami

     tentukan baginya neraka Jahannam, ia akan memasukinya

     dalam keadaaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang

     menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu

     dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, maka

     mereka itu adalah orang-orang yang usahanya disyukuri

     (dibalas dengan baik). Kepada masing-masing golongan

     baik yang ini (menghendaki dunia saja) maupun yanp itu

     (yang menghendaki akhirat melalui usaha duniawi), Kami

     berikan bantuan dari kemewahan Kami. Dari kemurahan

     Tuhanmu tidak dapat dihalangi (QS Al-Isra' [17]: 18-20).

 

Kedua adalah:

 

     Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu

     adalah disyukuri (QS Al-Insan [76]: 22).

 

Isyarat "ini" dalam ayat di atas  adalah  berbagai  kenikmatan

surgawi  yang  dijelaskan oleh ayat-ayat sebelumnya, dari ayat

12 sampai dengan ayat 22 surat 76 (Al-Insan).

 

Surat Al-Isra' ayat 17-20 berbicara tentang  dua  macam  usaha

yang  lahir  dari  dua  macam  visi  manusia. Ada yang visinya

terbatas pada "kehidupan  sekarang",  yakni  selama  hidup  di

dunia ini, tidak memandang jauh ke depan. "Kehidupan sekarang"

diartikan detik dan jam atau hari dekat hidupnya,  boleh  jadi

juga   "sekarang"   berarti   masa   hidupnya  di  dunia  yang

mengantarkannya bervisi hanya  puluhan  tahun.  Ayat  di  atas

menjanjikan  bahwa jika mereka berusaha akan memperoleh sukses

sesuai dengan usahanya; itu pun bila dikehendaki Allah. Tetapi

setelah  itu  mereka  akan  merasa  jenuh  dan  mandek, karena

keterbatasan visi tidak  lagi  mendorongnya  untuk  berkreasi.

Nah,   ketika   itulah  lahir  rutinitas  yang  pada  akhirnya

melahirkan kehancuran. Hakikat ini bisa terjadi  pada  tingkat

perorangan  atau  masyarakat.  Kejenuhan  dengan segala dampak

negatif yang dialami oleh anggota masyarakat bahkan masyarakat

secara umum di dunia yang menganut paham sekularisme --setelah

mereka mencapai sukses duniawi-- merupakan  bukti  nyata  dari

kebenaran  hakikat  yang  diungkapkan A1-Quran di atas. Tetapi

jika  pandangan  kita  jauh  ke  depan,  visi  seseorang  atau

masyarakat  melampaui kehidupan dunianya, maka ia tidak pernah

akan berhenti-bagai seseorang yang menggantungkan cita-citanya

melampaui  ketinggian  bintang.  Ketika  itu  dia  akan  terus

berusaha  dan  berkreasi,  sehingga  tidak  pernah   merasakan

kejenuhan,  karena  di  balik  satu  sukses masih dapat diraih

sukses berikutnya. Memang Allah menjajikan untuk terus-menerus

dan  sementara  menambah  petunjuk-Nya  bagi mereka yang telah

mendapat petunjuk.

 

     Dan Allah sementara menambah petunjuk-Nya bagi

     orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Maryam [19]: 76).

 

Orang yang  demikian  itulah  yang  semua  usahanya  disyukuri

Allah.   Mereka  yang  disyukuri  itu  akan  memperoleh  surga

sebagaimana dilukiskan oleh kata masykur pada ayat kedua  yang

menggunakan kata ini, yakni surat Al-Insan ayat 22.

 

                              ***

 

Demikian sekelumit uraian Al-Quran  tentang  syukur.  Kalaulah

kita   tidak   mampu  untuk  masuk  dalam  kelompok  minoritas

--orang-orang  yang  pandai  bersyukur  (atau  dalam   istilah

Al-Quran  asy-syakirun,  yakni orang-orang yang telah mendarah

daging dalam dirinya  hakikat  syukur  dalam  ketiga  sisinya:

hati,  lidah,  dan  perbuatan)--  maka paling tidak kita tetap

harus berusaha  sekuat  kemampuan  untuk  menjadi  orang  yang

melakukan  syukur  --atau  dalam  istilah Al-Quran yasykurun--

betapapun kecilnya syukur itu.  Karena  seperti  bunyi  sebuah

kaidah keagamaan,

 

     Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, jangan

     ditinggalkan sama sekali. []

 

----------------

WAWASAN AL-QURAN

Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat

Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

 

 

salam,

M.Faiz Wirawan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar