Kamis, 28 Februari 2013

FW: Nasehat Orang Tua < Jamil Azzaini

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

-----Original Message-----
From: Nana Triana
Sent: Thursday, February 28, 2013 3:15 PM
To: BDI
Subject: Nasehat Orang Tua « Jamil Azzaini

 

 

http://www.jamilazzaini.com/nasehat-orang-tua/

 

Nasehat Orang Tua

 

Untuk mendapat suntikan energi sekaligus mohon doa untuk penerbitan buku saya yang keenam berjudul “ON”, saya pulang kampung. Buku yang boleh jadi judulnya paling pendek di dunia ini, sekarang sedang proses penerbitan di Mizan. Selain mendapat doa restu, saya juga mendapat nasehat dari orang tua saya.

 

Nasehat pertama, jangan pernah membawa uang haram ke rumah walau satu rupiah. “Ketahuilah anakku, setiap makanan haram yang masuk ke dalam tubuhmu, itu membuat ibadahmu tidak diterima selama 40 hari. Barang yang haram juga akan membuat doamu tak di dengar apalagi dikabulkan oleh Tuhanmu.”

 

Mendengar nasehat ini, saya teringat saat sekolah dulu. Guru pelajaran biologi saya menjelaskan bahwa setiap 40 hari, sel-sel manusia diganti oleh sel-sel yang baru. Kualitas sel yang baru sangat ditentukan oleh kualitas makanan yang kita makan pada saat itu. Apabila sel itu kita beri makan yang haram maka selama 40 hari ke depan kita cenderung melakukan yang negatif.

 

Apabila kita sulit menerima nasehat, sombong, mudah marah, mudah tersinggung, malas, dengki, serakah dan sejenisnya, segera introspeksilah. Jangan-jangan sebelumnya kita mengkonsumsi sesuatu yang haram, sesuatu yang bukan hak kita, sesuatu yang dilarang oleh Sang Pencipta.

 

Nasehat kedua, perbanyaklah sujud sebelum subuh. “Anakku, bila kau sering merendahkan diri di hadapan Allah dengan cara bersujud, maka Allah akan mengangkat derajatmu di tengah keramaian. Bangun pagi sebelum subuh itu melatih disiplinmu. Mengapa? Karena kau rela bangun padahal saat itu adalah saat yang nikmat untuk terlelap.”

 

“Orang-orang yang rela bangun pagi sebelum subuh itu sangat menghargai waktu. Di siang hari, ia juga akan merasa rugi bila kehilangan waktu. Maka saat berjanji ia akan datang atau hadir tepat waktu. Saat berhutang ia akan membayar sesuai janji. Kau akan menjadi orang yang sering lalai bila enggan bangun sebelum subuh.”

 

Mungkin bagi Anda, nasehat ini terdengar biasa. Tetapi bagi saya itu sangat berarti karena disampaikan dengan penuh cinta. Nasehat itu disampaikan saat kami sedang makan bersama dengan masakan khas ibunda tercinta. Nasehat itu begitu nikmat sebagaimana nikmatnya masakan ibu saya.

 

Wahai bapak dan ibuku, jangan lupa doa untuk anakmu agar buku “ON” laris manis. Sesuai nasehatmu, buku itu sudah saya tulis dengan sel-sel di tubuh dalam kondisi bersih tanpa pernah memakan uang haram. Dan bukan hanya itu, sebagian isi buku “ON” saya tulis usai sujud sebelum subuh. Tanpa nasehat dan doamu, aku hanyalah seonggok daging murahan. I Love you, bapak dan ibuku…

 

Salam SuksesMulia!

 

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

 

 

FW: KHASIAT AYAT KURSI

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Yoga Aditama
Sent: Thursday, February 28, 2013 2:07 PM
To: BDI
Subject: FW: KHASIAT AYAT KURSI

 

Yusuf Mansur Network

 

 

( AMALAN ) KHASIAT AYAT KURSI - Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi" (HR. Al-Bukhari). Jadi sebelum tidur nanti, hendaknya kita merutinkan amalan ini. Dan ini Salah satu sebab masuk ke dalam surga, tetapi tentunya maksud membaca disini sesuai Amaliah Rosulullah SAW agar sempurna amalan kita, yaitu benar bacaannya-faham artinya-mengamalkan konsekuensi Tauhidnya.

 

Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian" (HR. An-Nasa-i, Ash Shahihah). Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi melebihi agungnya Ayat Kursi" (karena di dalam ayat tersebut telah mencakup Nama dan Sifat Allah) Beberapa hadits di atas menunjukkan keutamaan yang terdapat dalam Ayat Kursi. Apabila kita merutinkannya, maka akan kita dapati keutamaan yang sangat banyak. Hendaknya setiap muslim bersemangat kepada apa yang bermanfaat baginya.

 

Karena Ayat Kursi sendiri bukanlah ayat yang panjang dan sulit untuk dihapal, diperbaiki bacaannya, faham maknanya serta diamalkan. Seperti ayat ini mengenai kerajaan Allah, maka dituntut keimanan dan ketundukkan hati keada semua firman- Nya tanpa bantahan. Dia harus diagungkan sebenarnya didalam hati bukan malah menganggap remeh ibadah, melanggar Syariat dimana menyalahi tuntunan Rasulullah SAW dan shahabat didalam menjalankan Islam.

Semoga Allah mudahkan. Amin

-Tim Ustadz-

 

 

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

FW: Pengajian VIKEBA III'13 (3 Maret 13 - H.Hasida)

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Dodo J. Joesoef
Sent: Wednesday, February 27, 2013 8:38 PM
To: BDI
Subject: Pengajian VIKEBA III'13 (3 Maret 13 - H.Hasida)

 

 

"  P E N G A J I A N    V I K E B A  "

 

 

 

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

 

 

Kami mengundang Kaum Muslimin dan Muslimat Warga Balikpapan, untuk

bersama-sama mengikuti Pengajian Rutin/Bulanan VIKEBA, yang insya Allah akan diadakan pada :

 

 

Hari                     : A h a d

Tanggal                : 3 Maret 2013 / 22 Rabiul Akhir 1434 H   

Jam                      : 10.30 Wita

Tempat                : Rumah Bp. H. Hasida Rusmadi,  

  Pondok Karya Agung (POKA) Blok TC-2&3

  Kel. Gunung Bahagia Kec. Balikpapan Selatan,

  Balikpapan, Telp. 0542-7084750, 0811547224.                                 

Penceramah         : Bapak Ustadz Drs. H. Siregar

Tema          :”  A Q I Q A H  ”

 

                  

Langkah Kaum Muslimin dan Muslimat untuk hadir mengikuti pengajian ini, merupakan manifestasi hablum minAllah dan hablum minannas.

 

 

Billahit taufiq walhidayah

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

 

 

Seksi Kerohanian Islam VIKEBA.

 

 

Rabu, 27 Februari 2013

FW: Merindukan Penguasa Amanah

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Suparman
Sent: Thursday, February 28, 2013 6:53 AM
To: BDI
Subject: Merindukan Penguasa Amanah

 

Merindukan Penguasa Amanah

Rabu, 27 Februari 2013, 12:16 WIB

Para penguasa Kerajaan Safawi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Rokhmin Dahuri MS

Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Fudhail bin Iyadh menuturkan, hadits ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah SWT untuk  mengelola urusan kaum muslim (publik), baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat. Maka, ia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga.

Penelantaran bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah makna ayat-ayat Allah dan mengabaikan hudûd (hukum-hukum Allah).

Atau berupa pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak serius untuk mensejahterakan umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka, dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. 

Kekuasaan adalah amanah. Amanah adalah taklif hukum dari Allah SWT. Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “pada dasarnya amanah adalah taklif (syariah Islam) yang harus dijalankan dengan sepenuh hati, dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.''

''Jika ia melaksanakan taklif tersebut maka ia akan mendapatkan pahala di sisi Allah.  Sebaliknya, jika ia melanggar maka ia akan memperoleh siksa.”

Sikap amanah seorang penguasa terlihat dari tata caranya dalam mengurusi masyarakat berdasarkan aturan-aturan Allah. Ia juga berusaha keras untuk menghiasi dirinya dengan akhlak mulia dan sifat-sifat kepemimpinan yang luhur.

Penguasa amanah tidak akan  membohongi rakyatnya, dan tidak membiarkan rakyatnya menderita kelaparan serta tertimpa kemiskinan. Ia pun tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat dan agama Allah.

Sejak diutusnya Rasulullah saw, tidak ada sistem kehidupan manusia yang mampu melahirkan para penguasa yang amanah dan agung, kecuali dalam masyarakat Islam.

Kita mengenal Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul Azis, Harun Al-Rasyid, dan pemimpin muslim lainnya yang terkenal sangat arif, berani dan tegas dalam membela hak rakyat, mensejahterakan, dan melindungi mereka dari gempuran kemaksiatan.

Mereka adalah negarawan ulung yang sangat dicintai oleh rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya. Mereka hidup bahagia, dengan penuh kesederhanaan dan tawadu kepada Allah.

Contohnya Khalifah Umar bin Khaththab, seorang kepala negara yang tegas dan sangat disiplin. Beliau tidak segan-segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan haram.

Beliau juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya. Dikala musim paceklik, beliau berkeliling negeri untuk mengecek langsung apakah ada rakyat yang kelaparan. 

Begitu dijumpai ada keluarga yang tidak makan, Amirul Mukminin membawa sendiri sekarung gandum untuk diserahkan kepada keluarga tersebut. Inilah secuil keteladanan yang bisa kita ambil dari Khulafaur Rasyidin dalam memimpin umat. 

Di tengah banyaknya saudara kita yang menganggur dan miskin, serta korupsi yang kian merajalela, sementara sistem kehidupan kapitalisme di ambang kematian; sungguh, kehadiran seorang penguasa amanah yang selalu berjalan sesuai dengan aturan Allah merupakan dambaan dan impian umat manusia saat ini.

Sayangnya, impian ini masih sebatas impian. Perilaku dan kebijakan para penguasa kaum Muslim saat ini tidak berbeda dengan kaum sekuler-kapitalis yang mengabaikan aturan Allah.

Karena itu, saatnya penguasa meneladani Rasulullah saw dan para sahabat untuk memiliki sifat amanah dalam mengurusi rakyat, sehingga kerinduan akan hadirnya penguasa amanah dalam mensejahterakan rakyat dapat segera terwujud. Amin ya robbal a’lamin.

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

FW: Inilah Keutamaan Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Suparman
Sent: Thursday, February 28, 2013 6:46 AM
To: BDI
Subject: Inilah Keutamaan Tasbih, Tahmid, dan Takbir

 

Inilah Keutamaan Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Rabu, 27 Februari 2013, 08:19 WIB

zikir

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Kusnandar SThI
Setiap selesai shalat kita disunahkan berzikir. Salah satu amalan yang biasa kita lakukan adalah dengan membaca tasbih, tahmid dan takbir, masing-masing tiga puluh tiga kali.

Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh tiga kali, dan bertahmid tiga puluh tiga kali, kemudian mengucapkan: Laa ilaaha illa Allah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli sya’in qadir, setiap selesai shalat, maka akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.”(HR Imam Ahmad, Darimi, Malik)

Tasbih berarti mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya. Sementara tahmid yaitu memuji Allah, Tuhan semesta alam. Dan takbir adalah mengagungkan kebesaran Allah SWT. Allah berfirman dalam al-Quran: ”Hai orang-orang yang beriman! berzikirlah (mengingat) kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (al-Ahzaab: 41-42).

Ketiga amalan tersebut pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada putrinya, Siti Fatimah radhiyallahu anha (RA). Ali bin Abi Thalib menceritakan, pada suatu hari Fatimah datang menemui Nabi SAW. Namun Nabi tidak ada di tempat, dan ia hanya mendapatkan Siti Aisyah radhiyallahu anha (RA).

Kepada Siti Aisyah diceritakanlah keperluannya. Fatimah ingin meminta pembantu karena saat itu, ia mendengar Rasulullah SAW mendapatkan tawanan. Sudah beberapa hari Fatimah merasa kelelahan dan tangannya sakit akibat menumbuk dan menggiling tepung. Dengan meminta seorang pembantu diharapkan bisa meringankan segala pekerjaannya.

Malam harinya Rasul datang menemui Siti Fatimah, saat ia dan suaminya, Ali bin Abi Thalib hendak berbaring tidur. Sabda Rasul kepada Fatimah dan Ali: ”Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari yang kalian minta? Jika kalian telah berada di tempat tidur bacalah takbir 33 kali, tasbih 33 kali dan tahmid 33 kali. Itu semua lebih baik buat kalian dari pada seorang pembantu.” (HR Bukhori).
 
Dalam hadis lain disebutkan. Pernah datang sekelompok orang miskin mengadu kepada Nabi SAW. Mereka mengadu karena orang-orang kaya dengan hartanya bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Orang kaya dapat melaksanakan shalat, seperti juga orang miskin melakukannya. Orang kaya berpuasa, orang miskin juga berpuasa. Namun orang-orang kaya memiliki kelebihan disebabkan hartanya sehingga dapat menunaikan ibadah haji dan umrah, juga dapat bersedekah dan berjihad.

Mendengar aduan mereka, Rasul SAW bersabda, “Maukah aku sampaikan kepada kalian amalan yang dapat melampaui derajat orang kaya dan tidak ada yang mengalahkan derajat kalian sehingga menjadi yang terbaik di antara kalian dan mereka, kecuali mengerjakan amalan berikut, yaitu, kalian baca tasbih, tahmid, takbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali…”(HR Bukhori)

Dalam hadis riwayat lain disebutkan, bahwa ketiga kalimat tersebut merupakan salah satu macam cara untuk bersedekah sebagaimana aduan orang-orang miskin tentang orang kaya yang bisa mendermakan hartanya. Sabda Nabi SAW: “Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, takbir adalah sedekah, tahmid adalah sedekah dan tahlil adalah sedekah.” (HR Muslim)
 
Dari hadis ini dapat kita ambil hikmah. Betapa banyak sekali keutamaan berzikir membaca tasbih, tahmid dan takbir. Dengan cara banyak berzikir, akan timbul rasa takut kepada Allah dan buahnya kita bisa menjalankan semua perintah dan larangan Allah. Maka, seyogyanya kita senantiasa mendawamkan amalan dari Rasulullah ini dan kita berharap, dapat mencapai keberkahan hidup dan senantiasa menjadi hamba yang tidak merugi.

Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya

Redaktur : Heri Ruslan

 

 

FW: BERDOA NAMUN TIDAK PERNAH DIKABULKAN

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

-----Original Message-----
From: Yoga Aditama
Sent: Wednesday, February 27, 2013 8:13 AM
To: BDI
Subject: FW: BERDOA NAMUN TIDAK PERNAH DIKABULKAN

 

Dari K. H. Muhammad Arifin Ilham

 

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.

 

Renungan kita bersama sahabatku.

 

Dikisahkan bahwa suatu hari, Ibrahim bin Ad-ham melintas di pasar Bashrah, lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya seraya berkata, "Wahai Abu Ishaq, apa sebab kami selalu berdoa namun tdk pernah dikabulkan?" Ia menjawab, "Karena hati kalian telah mati oleh 10 hal:

1. Kalian mengenal ALLAH SWT tetapi tidak menunaikan hak-NYA.

2. Kalian mengaku cinta Rasulullah tetapi meninggalkan sunnahnya.

3. Kalian membaca al-Qur'an tetapi tidak mengamalkannya.

4. Kalian memakan nikmat-nikmat ALLAH SWT tetapi tidak pernah pandai mensyukurinya.

5. Kalian mengatakan bahwa syaithan itu adalah musuh kalian tetapi senang mendengar dan mengikuti bisikannya.

6. Kalian katakan bahwa surga itu adalah haq tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya.

7. Kalian katakan bahwa neraka itu adalah haq tetapi tidak mau lari darinya.

8. Kalian katakan bahwa kematian itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah menyiapkan diri untuknya.

9. Kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain tetapi lupa dengan aib sendiri.

10.Kalian kubur orang-orang yg meninggal dunia di kalangan kalian tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari mereka".

(Mi'ah Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al- Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundi, Juz.II, hal.94).

 

"Allahumma ya Allah bimbinglah agar kami semakin TAAT padaMU & DOA kami KAU ijabah...aamiin". Kutulis perjalanan menuju majlis ilmu mesjid al Amru bit Taqwa Mampang Indah Dua Depok.

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

Senin, 25 Februari 2013

FW: Perhatikan Alarm Kehidupan!

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Thursday, February 21, 2013 6:59 AM
To: BDI
Subject: Perhatikan Alarm Kehidupan!

 

Perhatikan Alarm Kehidupan!

Senin, 11 Februari 2013, 06:43 WIB

Sejumlah petugas penangggulangan bencana dan prajurit TNI mencari korban yang diduga masih tertimbun setelah terjadinya tanah longsor (ilustrasi).

 

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh M Husnaini

Rentetan musibah berulang kali mewarnai diri dan bangsa kita. Mulai kasus korupsi yang tidak pernah berjeda, kekerasan yang marak dimana-mana, peredaran dan pemakaian narkoba yang merajalela, praktik prostitusi yang meramba ke segala usia, keterpurukan dunia pendidikan yang belum juga bangkit dan siuman, bahkan bencana alam bagai agenda rutin tahunan yang melanda sebagian wilayah Indonesia. Ini semua jelas tidak alpa makna.

Kaum beragama tidak sepantasnya gagal dalam menangkap makna dari setiap musibah. Ketika musibah datang menyapa, yang pertama harus kita insyafi adalah noda dan dosa diri. Yakinlah bahwa setiap musibah pasti buah dari noda dan dosa kita sebelumnya. Bukankah menurut Islam musibah itu datang sebagai teguran, selain juga sebagai ujian dan hukuman?

Bagi kaum beriman, teguran berupa musibah itu merupakan alarm kehidupan. Fungsi alarm tentu untuk membangunkan kita agar segera membuang selimut noda dan dosa. Selayaknya kita dapat memetik sari hikmah dari setiap kisah dalam Al-Quran. Karena, sejauh mau mentadaburi kalam Allah itu, tidak pernah ada suatu kejadian yang berlaku atas manusia hari ini kecuali ia sudah dijelaskan dengan sangat gamblang dalam Al-Quran. Allah menegaskan, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu ada pelajaran (ibrah) bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Yusuf: 111).

Musibah memang kadang hadir dan menyapa kaum beriman. Tujuannya tidak lain untuk menakar kadar keimanan mereka. Semakin kokoh iman seseorang, semakin dahsyat pula ujian yang akan diterimanya. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan ‘kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji. Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta” (Al-Ankabut: 3-4).

Tetapi yang berlaku atas diri dan bangsa kita sekarang adalah bahwa Allah sedang menegur kita, kalau bukan menghukum. Alarm kehidupan itu sudah berdering begitu nyaring. Kita harus segera siuman dari kegemaran mendayung sampan kehidupan di antara lautan pahala dan dosa.

Ibadah yang sudah susah payah kita bangun, jangan lagi secara sekejap kita runtuhkan dengan perilaku picik keseharian kita. Bukankah kita rajin shalat tetapi juga kerap bermaksiat, kita gemar berzakat tetapi juga tidak pernah absen menindas yang melarat, kita rutin berpuasa tetapi suka berlaku semena-mena, kita rajin berhaji tetapi masih harmonis dengan korupsi?

Bangsa ini sukar maju, karena Islam masih sebatas baju. Faktanya, meski punya kecerdasan akal dan mental, manusia tetap potensial berbuat salah dan lupa. Salah dan lupa adalah dua potensi kemanusiaan manusia. Bukan hanya monopoli kita, bahkan juga berlaku pada pribadi para nabi yang suci dan mulia.

Menariklah membaca beberapa ayat yang berkisah perihal bagaimana Allah menegur manusia-manusia suci dan mulia itu ketika mereka berbuat salah dan lupa. 

Nabi Musa (1527-1407 SM) pernah berbuat salah dan lupa dengan mengaku diri paling pandai dan mulia. Segera Allah perintahkan Musa untuk menemui seorang hamba di tempat dua lautan bertemu. Hamba saleh bernama Khidhir itulah yang lantas ditakdirkan Allah untuk menyadarkan Musa. Menurut kisah Al-Quran, Musa akhirnya legowo mengakui bahwa tiada manusia paling paripurna di bumi ini. Ia bahkan sadar ada manusia lain yang mengungguli dirinya dalam bidang ilmu dan hikmah. (Al-Kahfi: 60-82).

Teguran Allah juga pernah dialami Nabi Dawud (1041-971 SM). Dawud ditegur Allah karena menikahi seorang gadis belia bernama Sabigh binti Syaigh. Ceritanya, Sabigh binti Syaigh sudah lama dipinang Uria bin Hannan. Tetapi ketika Uria sedang berjihad di negeri orang, paras ayu Sabigh memikat hati Dawud. Segeralah Dawud melamar dan menikahinya. Maka turunlah dua malaikat yang menyaru sebagai manusia khusus untuk mengingatkan Dawud atas kesalahannya itu (Shad: 21-26).

Juga Nabi Yunus (820-750 SM). Yunus ditegur Allah karena pergi meninggalkan kaumnya di negeri Ninawa. Tidak tahan menghadapi para penentang dakwah, Yunus akhirnya pergi dengan perasaan jengkel dan marah, seraya berdoa agar Allah menimpakan azab kepada mereka. Allah menjawab doanya. Bangsa Ninawa sadar, tetapi Yunus tidak kunjung pulang. Allah kemudian menegurnya dengan mengirim gelombang dahsyat dan menghempaskan Yunus ketika menempuh perjalanan laut. Terlempar ke laut, seketika tubuhnya ditelan paus besar. Dan selama beberapa hari, Yunus menjalani hukuman di dalam perut ikan itu (Al-Anbiya: 87, As-Shafat: 140-145).

Bahkan Rasulullah Muhammad (571-632 M) juga mengalami kisah serupa. Menurut Al-Quran, Muhammad sedang berdialog dengan pembesar-pembesar Quraisy. Di tengah perbincangan, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Ummi Maktum. Pria papa yang buta mata itu hendak belajar Islam. Tetapi karena Rasulullah malah mengabaikannya dengan berpaling muka darinya, maka turunlah surah Abasa ayat 1-42.

Jika hamba-hamba Allah yang maksum dan mulia saja pernah berbuat salah dan lupa, apalagi kita yang serba tidak sempurna. Poin pentingnya adalah mereka selalu ikhlas dan waskita. Menjalani teguran berupa musibah, tidak pernah muncul pada mereka sikap kesal, apalagi berburuk sangka. Justru yang mereka lakukan adalah taubah nasuhah, sambil segera waspada dan meningkatkan ibadah.

Bagi mereka, alarm kehidupan telah menjadi tangga keimanan. “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman” (Ali Imran: 171).

Jadi, setiap musibah yang menimpa kita tidak lain adalah alarm kehidupan. Sudah terlalu sering kita berbuat salah dan lupa. Maka dering alarm kehidupan itu harus dapat membangunkan nurani kita. Berputus asa bukan pilihan sikap yang bijak. Teringatlah saya ayat berikut, “Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali” (Az-Zukhruf: 48).

Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya

 

Redaktur : Heri Ruslan

 

 

FW: Anak Panah < Jamil Azzaini

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

-----Original Message-----
From: Nana Triana
Sent: Tuesday, February 26, 2013 7:44 AM
To: BDI
Subject: Anak Panah « Jamil Azzaini

 

 

http://www.jamilazzaini.com/anak-panah/

 

Anak Panah

 

Adakah orang yang memanah berharap anak panahnya kembali? Tentu tidak. Begitulah seharusnya saat kita berbuat baik. Tak perlu berharap kebaikan yang kita berikan kembali dari orang yang kita beri. Mengharapkan balasan dari sesama manusia bisa berujung kecewa dan derita. Kita perlu terus menerus berlatih, berharap mendapat balasan hanya dari Sang Maha Pemberi.

 

Tugas kita melakukan kebaikan dengan cara terbaik dan biarkanlah yang Maha Tahu yang menentukan apa balasan terbaik untuk kita. Dia Maha Adil, bila kita melakukan yang terbaik pasti kita mendapatkan yang terbaik. Hanya saja kita tidak tahu dari pintu yang mana hal terbaik itu akan datang menghampiri.

 

“Apakah bila saya melakukan kebaikan dengan cara bekerja berarti tidak boleh menuntut gaji?” Tentu boleh karena itu hak Anda. Kebaikan yang bisa Anda berikan adalah mengerahkan semua kemampuan melebihi gaji Anda. Misalnya gaji Anda 10 juta tapi Anda mampu mengoptimalkan keahlian Anda dengan nilai setara 100 juta, maka kerjakanlah dengan kualitas 100 juta.

 

Dengan cara itu, Anda punya selisih kebaikan 90 juta, dan biarkanlah Sang Maha Tahu yang menentukan balasan senilai 90 juta dalam bentuk apapun untuk Anda. Karena itu pasti yang terbaik untuk Anda. Dia tak mungkin berbuat jahat dan tidak adil kepada Anda. Percayalah!

 

Mungkin sebagian Anda masih ada yang ragu dengan berkata, “Gak juga, saya sering berbuat kebaikan tetapi sering mendapat balasan keburukan.” Boleh jadi Anda memang punya selisih kebaikan senilai 90 juta. Tetapi jangan lupa, selisih itu akan terus berkurang bila Anda melakukan keburukan. Misalnya, sering mengeluh, angkuh, sombong, dan sejenisnya.

 

Apabila hal-hal negatif atau buruk sering Anda lakukan maka hal itu akan menggerogoti kebaikan yang sudah Anda miliki. Akhirnya, keburukan Anda justru lebih besar dari kebaikan yang Anda miliki. Hasilnya, hal-hal buruk akan datang silih berganti kepada Anda tiada henti.

 

So, berbuat baiklah dan kemudian lupakanlah. Karena yang Maha Melihat dan Maha Mendengar tidak akan pernah melupakan Anda.

 

Salam SuksesMulia!

 

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

 

FW: Belajar Optimis

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Suparman
Sent: Tuesday, February 26, 2013 7:04 AM
To: BDI
Subject: Belajar Optimis

 

Belajar Optimis

Senin, 25 Februari 2013, 13:32 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhbib Abdul Wahab
"Janganlah kalian berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa. Karena Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang." (QS al-Zumar/39: 53) "Dan tidak ada orang yang berputus harapan dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat." (QS al-Hijr/15: 56)

Dua ayat tersebut mengandung tiga nilai moral-spiritual yang mulia. Pertama, manusia harus terus-menerus belajar optimis dalam meraih rahmat Allah, saat senang maupun susah.

Belajar optimis harus ditujukkan melalui kerja ikhlas, cerdas, keras, berkualitas, dan tuntas  dalam rangka meraih masa depan yang lebih baik.

Menurut Ibn Khaldun dalam Muqaddimah-nya, sebuah bangsa akan bangkit menuju kemajuan dan kesejahteraan jika warganya memiliki etos kerja yang profesional dan optimisme yang tinggi. Jadi, optimisme merupakan spirit dan energi positif untuk meraih prestasi tinggi dan cita-cita mulia.

Kedua, putus asa merupakan sikap mental pecundang. Putus asa menyebabkan kehilangan harapan baik di masa depan. Allah melarang hamba-Nya berputus asa karena rahmat (kasih sayang) Allah jauh lebih luas dari yang dibayangkan manusia.

Rahmat Allah menjangkau dan menghampiri seluruh makhluk-Nya. Karena itu, orang yang berputus asa sama artinya dengan berprasangka buruk kepada-Nya. Akibatnya, berputus asa dapat menyebabkan seseorang tersesat dari jalan-Nya.

Ketiga, pintu rahmat dan ampunan Allah senantiasa terbuka bagi siapapun, di manapun, dan kapan saja. Karena itu, hamba harus selalu berupaya mendekatkan diri kepada-Nya, baik melalui ibadah ritual maupun ibadah sosial.

Persoalannya, manusia seringkali lupa diri, sehingga Allah pun melupakannya (QS al-Hasyr/59:19). Ketika manusia dilupakan Allah, maka rahmat-Nya pasti jauh darinya.

Oleh sebab itu, manusia yang beriman harus bersikap rendah hati dan terus optimistis untuk bertaubat, kembali kepada jalan Allah, dengan memohon ampunan-Nya.

Optimisme dalam menghadapi persoalan dan masa depan merupakan bagian integral dari keberimanan seseorang. Belajar optimis berarti belajar mereformasi iman, menyesali dosa-dosa masa lalu, tidak mengulangi kesalahan, dan bertekad menyongsong masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu, belajar optimis seyogyanya tidak berhenti pada perbaikan kualitas hidup di dunia, tapi juga bervisi jauh ke depan, yakni harapan baik dalam kehidupan akhirat kelak.

Allah menyatakan: "Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia berbuat baik, dan tidak melakukan kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada-Nya." (QS al-Kahfi/18: 110).

Belajar optimis bukan sekadar keinginan tanpa tindakan nyata. Belajar optimis menurut al-Qur’an, harus disertai usaha dan doa.

Usaha itu dapat diwujudkan dengan kembali meneladani perjalanan hidup Rasulullah SAW yang tidak pernah surut dari ujian dan cobaan, bahkan ancaman terhadap keselamatan jiwanya.

"Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat keteladanan yang baik bagi kalian yang mengharapkan Allah dan hari akhir, serta banyak berzikir kepada-Nya." (QS al-Ahzab/33: 21)

Salah satu penyebab putus harapan adalah berpikir negatif (su’udzan), tidak mengingat Allah, dan krisis keteladanan.

Dalam situasi bangsa yang masih mengalami krisis, para pemimpin, pejabat dan tokoh-bangsa diharapkan dapat memberi keteladanan yang baik dalam mengelola negara, memperhatikan dan menyejahterakan mereka.

Para pemimpin tidak cukup hanya memberikan harapan, terutama kepada warga bangsa yang mengalami musibah, tapi juga harus mampu memberikan teladan yang baik dalam berpola hidup sederhana, hemat, sehat, dan cermat, tidak korup dan suka berfoya-foya di atas penderitaan rakyat.

Dengan belajar otimis, kita dapat membangun komitmen baru, berpikir positif, etos kerja produktif,  dan selalu mensyukuri karunia Allah SWT, sehingga cita-cita mulia selalu menjadi target perjuangan hidupnya.

Belajar optimis diiringi dengan doa dapat menjauhkan diri dari murka Allah, karena Allah sangat senang jika dimintai, lebih-lebih hamba yang meminta kepada-Nya dengan penuh optimistis. 

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

FW: Obat Keresahan Jiwa

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Suparman
Sent: Tuesday, February 26, 2013 6:56 AM
To: BDI
Subject: Obat Keresahan Jiwa

 

Obat Keresahan Jiwa

Selasa, 26 Februari 2013, 03:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: A Ilyas Ismail
Dikisahkan, orang-orang kafir terus menghalang-halangi dakwah Rasul, dan terus menyerang serta mengolok-oloknya, sehingga Nabi merasa tidak nyaman, bahkan resah. Dalam suasana demikian, diturunkan kepada Nabi saw al-Qur’an surah al-Hijr ayat  97 - 99.

Dipertanyakan, apakah secara kejiwaan Rasulullah mengalami perasaan gelisah, tidak senang (unhappy) atau sempit dada seperti ditunjuk ayat di atas?

Menurut pakar tafsir al-Razi dalam Mafatih al-Ghayb, Rasulullah dilihat dari sisi kemanusiaan (basyariyyah)-nya, boleh jadi mengalami perasaan semacam itu. Hanya saja, demikian al-Razi, Rasulullah saw kemudian mendapat petunjuk dan bimbingan secara langsung dari Allah SWT.

Menunjuk pada ayat di atas, supaya terbebas dari perasaan sedih atau gelisah, Rasulullah saw diperintahkan Allah SWT melakukan empat hal: mensucikan Allah (tasbih), memuji kebesaran dan keagungan Allah (tahmid), melakukan shalat (bersujud), dan ibadah kepada Allah SWT sampai datang kematian.

Petunjuk ini,  tidak hanya penting bagi Nabi, tetapi lebih penting lagi bagi umat manusia, khususnya kaum beriman.

Perintah pertama, tasbih, sesungguhnya  dimaksudkan untuk menolak anggapan dan kepercayaan sesat kaum kafir yang  menyangka ada tuhan-tuhan lain selain Allah (QS. Al-Hijr [15]: 96), dan memandang Allah memiliki anak-anak perempuan (QS. Al-Shaffat [37]: 149).

Tasbih bermakna mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. Tasbih juga bermakna mengosongkan pikiran kita dari prasangka buruk (su’u al-zhann) dan sebaliknya membangun prasangka baik, positiv thinking (husn al-zhann) kepada Allah. Positive thinking ini menimbulkan harapan (optimisme) yang mengeliminasi kecemasan.

Perintah kedua adalah tahmid, yang berarti memuji keagungan dan kebesaran Allah. Tahmid merupakan kelanjutan logis dari tasbih. Logikanya, kalau Allah adalah Tuhan yang Maha suci, bebas dan terlepas dari segala bentuk kekurangan (munazzahun `an al-naqa’ish), maka milik-Nya segala kemuliaan dan keagungan.

Maka kita ucapkan alhamdulillah (segala puji milik Allah). Jadi, bagi kaum Muslim, tasbih dan tahmid itu [juga takbir] menggambarkan Psychocological Stages yang menjamin ketentraman batin.

Perintah ketiga sujud (min al-sajidin). Semua pakar tafsir sepakat, maksud sujud ini adalah shalat. Seperti
dimaklumi, shalat adalah media komunikasi yang ampuh antara manusia dengan Allah, Tuhannya.

Melalui shalat, orang beriman berdialog (munajat) dengan Allah. Dialog ini mencerahkan dan mendatangkan kebahagiaan. Rasulullah saw sendiri, apabila ditimpa kesulitan, langsung melakukan shalat (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Lalu, perintah keempat adalah beribadah sampai manusia menemui ajalnya. Ibadah di sini, bagi Ibn Katsir, juga Zamahsyari, tak hanya shalat, tapi semua kebaikan dan kepatuhan (kull al-tha`ah) kepada Allah. Bagi kaum beriman, tak boleh berlalu suatu waktu tanpa ibadah dan amal shalih.

Siapa yang melaksanakan keempat macam ibadah ini, menurut al-Razi, akan mengalami 'pencahayaan ilahi' (adhwa' 'alam al-rububiyyah) yang membuatnya mampu menghadapi “godaan dunia.”

Di matanya, dunia menjadi kecil, sehingga kedatangannya tak membuatnya gembira, kepergiannya pun tak mebuatnya berduka. Inilah obat keresahan jiwa yang paling manjur. Wallahu a`lam.

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

Minggu, 24 Februari 2013

FW: Hadiah Allah

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Monday, February 25, 2013 6:58 AM
To: BDI
Subject: Hadiah Allah

 

Hadiah Allah

Senin, 25 Februari 2013, 00:57 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Yusuf Mansur

Kamil Lubudy, memasuki gerbang pernikahan, tanpa pernah membayangkan akan punya tiga anak penghafal Alquran terkecil di dunia.

Bersama Rossa, istrinya, Kamil Lubudy hidup seperti pengantin pada umumnya. Membangun impian begini begitu. Nggak terlintas dalam benaknya punya impian akan menjadi sepasang suami istri penghafal Alquran, yang dihadiahi Allah tiga anak yang juga hafal Alquran.

Kamil Lubudy dan istrinya, yang sama-sama berlatar belakang farmasi, apoteker, pada satu masa diberi hidayah Allah. Keduanya atas izin Allah berkeinginan menghafal Alquran. Dan mulailah pasangan ini menghafal Alquran.

Berita ini sangat menggembirakan buat pasangan suami istri muslim-muslimah. Jika Kamil Lubudy dan Rossa bisa, tentunya saudara-saudara yang saat ini belum menghafal Alquran, terbentang luas kesempatan dan peluang untuk bisa menjadi penghafal Alquran. Bukan tidak mungkin, akan dihadiahi pula oleh Allah keturunan yang hafal Alquran.

Saat Tabaarok, begitu nama anak pertama mereka, berusia dua setengah tahun, Kamil Lubudy melihat anak-anak kecil, remaja, dan dewasa, pada menghafal Alquran. "Ada yang 5 juz, 10 juz, 16 juz, bahkan 30 juz," begitu kata beliau. "Saya berdoa saat itu, kepada Allah, agar Tabaarok bisa hafal Alquran."

Karena saat itu juga beliau sedang dekat dengan Alquran, maka Tabaarok pun akhirnya menjadi anak yang beruntung. Tabaarok memiliki orang tua yang punya semangat tinggi untuk menghafal Alquran, belajar Alquran, dan mengajarkannya langsung kepada anaknya.

Kamil Lubudy, walau terlahir sebagai orang Arab, berkebangsaan Mesir, tapi urusan tajwid dan makhraj, memang beda. Beliau belajar lagi tentang kefasihan membaca, bahkan belajar //qiro'ah sab'ah// (bacaan yang berbeda dengan kita di Indonesia).

Subhanallah, Tabaarok putranya, berhasil menamatkan Alquran di usia 3,5 tahun. Pada umur 4,5 tahun, dinobatkan oleh lembaga tahfidz internasional yang dipimpin Syekh Bashfar, dari Liga Muslim Dunia, sebagai penghafal Alquran termuda. Diuji oleh sekian penguji berkaliber ulama Alquran internasional.

Tidak cukup sampai di sana, menyusul dua adiknya Taabarok, yakni Yazid dan Zainah. Pun di usia yang sama, keduanya mengikuti jejak langkah kakaknya. "Bahkan Yazid dan Zainah, kami hanya keluar energi 40 persen. Sebab Yazid dan Zainah sudah duluan sering mendengar kakaknya mengaji."

Itulah hadiah Allah. Hadiah teramat manis buat siapa yang mau berkhidmat dengan Alquran. Dari sekian banyak hadiah, begitu kata Kamil Lubudy, hadiah apalagi yang lebih berharga dari Allah, ketika kami mengakrabkan diri kami dengan Alquran? Tidak lain, adalah Tabaarok, Yazid, dan Zainah. Anak-anak yang saleh- salehah, lagi hafal Alquran.

Insya Allah saudaraku semua, kita pun bisa. Insya Allah. Mulailah sekarang dengan menaruh perhatian lebih terhadap Alquran. Insya Allah ada begitu banyak hadiah Allah buat kita semua. Kita sama-sama berdoa.

Keluarga Kamil Lubudy beserta istri dan tiga anaknya, sedang berada di Indonesia. Mengadakan lawatan ke sejumlah negara di Asia, termasuk di Indonesia. Keluarga ini akan hadir meramaikan Wisuda Akbar ke-4 di GBK Senayan, 30 Maret, bersama Syekh al-Ghomidi. Semoga kita bisa meniru jejak langkahnya. Amien.

Redaktur : Damanhuri Zuhri

 

 

FW: Kemajuan Teknologi dan Moralitas

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Suparman
Sent: Monday, February 25, 2013 6:52 AM
To: BDI
Subject: Kemajuan Teknologi dan Moralitas

 

Kemajuan Teknologi dan Moralitas

Sabtu, 23 Februari 2013, 08:59 WIB

Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein 
Sebulan terakhir ini, marak pemberitaan prostitusi online yang dilakukan seorang mahasiswa di Bogor. Sebelum pemberitaan di Bogor, pemberitaan serupa juga terjadi di Bandung. Teknologi internet seakan-akan menjadi wadah untuk menyebarkan kemaksiatan.

Sungguh mengkhawatirkan di tengah-tengah perkembangan globalisasi saat ini. Terlebih dalam beberapa tahun ke depan, kita telah akan memasuki zona bebas ASEAN pada akhir 2015 nanti.

Kemudahan-kemudahan yang diberikan teknologi kepada kita juga harus kita sadari dampak negatifnya, selain dampak postifnya juga. Dampak positif yang diberikan oleh jejaring sosial adalah kita bisa saling mengenal banyak teman yang berada jauh dari satu kota, luar kota, bahkan luar Negara. Jaringan yang luas memberikan kesempatan untuk kita memiliki banyak teman dari berbagai dunia.

Selain itu dengan adanya jejaring sosial memberikan kita kecepatan penerimaan informasi dengan cepat, akurat, dan terpercaya. Hal ini dikarenakan disitus jejaring sosial banyak sekali orang mengupdate statusnya dengan kondisi yang sedang dia rasakan saat itu. Ketidak terbatasan informasi ini memang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang menggunakannya dan haus akan informasi, dan tidak jarang banyak orang yang kecanduan dengan teknologi informasi yang satu ini.

Perkembangan teknologi juga berdampak negatif. Teknologi juga tidak sedikit yang memiliki muatan yang tidak ramah, khususnya bagi anak-anak. Contohnya Konten bermuatan pornografi yang marak dan hanya menguntungkan salah satu pihak, tanpa memperhatikan dampak sosial yang lain.Pelanggaran-pelanggaran juga sering terjadi dalam dunia teknologi, mulai dari pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, cyberstalking hingga prostitusi online.

Pertanyaannya, mengapa saat ini yang kerap muncul dampak negatif dari perkembangan teknologi itu. Jawabannya karena banyak orang memandang tidak ada hubungannya antara perkembangan teknologi dengan ajaran Islam.

Terkadang umat Islam saat ini memisahkan antara perkembangan teknologi dengan ajaran Islam. Jika demikian, maka salah besar itu. Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya.Salah besar jika kita meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.

Islam telah mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini. Tidak hanya ilmu agama seperti ilmu fiqih, hadist, tafsir dan lain sebagainya tetapi mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil sampai pergerakan alam semesta melalui ilmu astronominya.

Banyak para ahli keilmuan Islam atau pun teori-teori keilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi para ilmuan Eropa.Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat Ar-Rahman: 33: “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”

Nash di atas merupakan bukti bahwa islam juga merupakan pedoman utama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di zaman sekarang ini banyak orang-orang yang terlalu sibuk dengan urusan duniawinya sehingga mereka melupakan hubungannya dengan sang yang maha pencipta yaitu Allah SWT. Hal itu berdampak pada teknologi saat ini tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita.

Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana. Inilah masalah dunia teknologi. Dimana dengan adanya teknologi justru melahirkan ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan sang pencipta.

Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan Iman dan takwa mereka.

Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya tertanam kuat dalam dunia teknologi

Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagai pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat Islam. Jika kita selalu beretika dalam berteknologi, memanfaatkan kemajuan teknologi, secara baik dan benar maka semuanya akan dapat berjalan secara selaras dan seimbang.

 

Redaktur : Heri Ruslan

 

 

FW: Enam Panduan Berbicara Bagi Kaum Beriman

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

From: Suparman
Sent: Monday, February 25, 2013 7:05 AM
To: BDI
Subject: Enam Panduan Berbicara Bagi Kaum Beriman

 

Enam Panduan Berbicara Bagi Kaum Beriman

Minggu, 24 Februari 2013, 11:18 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh M Husnaini

Setiap manusia punya hak berbicara. Berbicara adalah alat komunikasi tertua, selain juga paling murah bagi manusia.

Sebelum bisa membaca dan menulis, manusia sudah mampu berbicara untuk menyampaikan maksudnya. Mula-mula manusia berbicara dengan isyarat dan tanda, kemudian berkembang menjadi aneka ragam bahasa seperti sekarang.

Berbicara yang baik bisa membuat hubungan menjadi intim dan akrab. Sebaliknya, berbicara ngawur berisiko menebar racun permusuhan. Demikian dahsyat dampak berbicara sehingga Islam memberikan panduan khusus untuknya. Bagaimana panduan berbicara?

Pertama, berbicara benar (qaulan sadida). Berbicara benar berarti juga mengandung kejujuran. Jujur melahirkan kepercayaan, sementara kepercayaan adalah modal kebersamaan. Karut marut negeri ini jelas akibat dari menguapnya kejujuran. “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya,” kata orang Melayu.

Para elite negeri ini berkali-kali lancung ke ujian, sehingga butuh upaya keras agar orang mau percaya lagi “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah yang benar” (Al-Ahzab: 70-71).

Kedua, berbicara yang baik (qaulan makrufa). Makruf adalah nilai kebaikan yang diakui masyarakat dan tidak bertentangan dengan norma dan agama. Kita diperintah untuk berbicara yang baik dan pantas menurut takaran norma dan agama, isi maupun cara. Dilarang berbicara jorok dan dusta, karena itu menyalahi norma dan agama. “… berilah anak-anak yatim belanja dan pakaian dan berbicaralah kepada mereka dengan ucapan yang baik” (An-Nisa: 5).

Ketiga, berbicara mulia (qaulan karima). Memuliakan itu cermin unggah-ungguh, apalagi kepada mereka yang lebih tua dari kita. Khusus berbicara kepada orang tua kandung, terutama ketika mereka sudah sepuh, harus dipilih kalimat yang tidak menyinggung perasaan. Jangan berbicara tidak sopan yang merendahkan. “Jika salah satu dari keduanya atau keduanya sudah berumur lanjut dalam peliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu ucapkan ‘ah’ dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia” (Al-Isra: 23).

Keempat, berbicara yang lembut (qaulan layina). Berbicara lembut sangat dianjurkan, karena lebih bisa diterima telinga. Tidak ada yang menyukai ucapan kasar. Inilah alasan kenapa Nabi Musa dan Nabi Harun diperintahkan agar menggunakan bahasa yang lembut ketika hendak menemui Fir’aun. “Dan berbicaralah kalian berdua kepada Fir’aun dengan lembut. Mudah-mudahan dia ingat atau takut” (Thaha: 44). Tetapi lembut bukan berarti lembek. Rasulullah adalah pribadi yang sangat lembut, tetapi tegas dalam menyampaikan kebenaran.

Kelima, berbicara yang menggembirakan (qaulan maisura). Bisa juga berarti ucapan yang memberi harapan. “Dan jika kamu berpaling dari mereka (tidak bisa membantu) untuk memperoleh rahmat dari Tuhan, maka katakan pada mereka ucapan yang menggembirakan” (Al-Isra: 28). Ayat ini terkait teguran Allah kepada Rasulullah ketika datang seorang miskin untuk meminta bantuan kepada Rasulullah, tetapi beliau secara terus terang menyatakan tidak bisa.

Keenam, berbicara yang menyentuh (qaulan baligha). Berarti pula berbicara yang mengena, tidak mutar-mutar. Juga bisa berarti nasihat, saran, atau kritik yang membangun. Kuncinya, semua harus keluar dari hati yang bersih. Teguran akan meninggalkan kesan mendalam jika diucapkan dengan hati yang tulus. Yang dari hati akan sampai ke hati. Sebaliknya, nasihat, saran, atau bahkan kritik akan terasa menyakitkan jika keluar dari emosi membara.

Inilah panduan berbicara bagi kaum beriman. Layaklah kita selalu berusaha dan berdoa, semoga setiap untaian kata dan kalimat yang meluncur dari mulut kita bertabur kejujuran, kebaikan, kemuliaan, kelembutan, harapan, dan kesan mendalam di hati siapa saja yang mendengarnya.

Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya


Redaktur : Heri Ruslan

 

 

Jumat, 22 Februari 2013

FW: Inilah Tiga Wajah Sabar

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Suparman
Sent: Friday, February 22, 2013 7:00 AM
To: BDI
Subject: Inilah Tiga Wajah Sabar

 

Inilah Tiga Wajah Sabar

Kamis, 21 Februari 2013, 11:08 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Amir Faishol Fath
Sabar menjalani hidup dengan segala kondisinya, tidak tergesa-gesa mendapatkan hasil, dan tetap semangat menghadapi cobaan apa pun adalah sikap yang bersinergi dengan sunnatullah.

Lihatlah tanaman tidak langsung berbuah saat ditanam. Buahnya pun tak langsung masak saat muncul, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk mencapai musim panen.

Sang janin dalam kandungan ibunya tak langsung lengkap anggota tubuhnya. Ia harus menunggu berbulan-bulan untuk menjadi sempurna. Allah SWT bahkan mengajarkan, penciptaan langit dan Bumi berlangsung selama enam hari. Padahal Allah bisa menciptakannya dalam sekejap hanya dengan mengatakan "kun fayakuun". Ini semua untuk mengajarkan pentingnya sifat sabar melalui berbagai proses hidup dan kehidupan.

Para ulama membagi sifat sabar dengan tiga wajah. Pertama, sabar menaati Allah. Mengapa? Sebab untuk menjalankan semua rukun Islam sangat membutuhkan kesabaran.

Shalat, misalnya. "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS Thaha: 132).

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS Al-Baqarah: 45).

Allah SWT mengaitkan antara sabar dan shalat bahwa seseorang tak akan menegakkan shalat dengan benar tanpa kesabaran dirinya. Hidup bersama dengan orang-orang beriman, membantu mereka, berdakwah bersama mereka, membimbing mereka menaati Allah, juga membutuhkan kesabaran. Juga lihat QS Al-Kahfi: 28. Bahkan ada dua tugas pokok seorang Muslim yang keduanya saling berkait tak terpisahkan untuk mendapatkan kebahagiaan, yaitu saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.

Kedua, sabar menjauhi maksiat. Sabar mengendalikan gejolak nafsu jangan sampai terseret kepada dosa. Sabar menahan diri dari perhiasan dunia yang selalu menggodanya. Sabar meninggalkan harta haram yang menggiurkan. Sabar tidak mendekati jalan-jalan zina yang selalu memanggilnya.

Rasulullah SAW menyebutkan, ini adalah jalan ke surga. "Surga diselimuti dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sementara neraka diselimuti dengan hal-hal yang menggiurkan."

Ketiga, sabar menjalani ujian Allah SWT bahwa hidup dan mati, senang dan susah, mudah dan sulit, semua adalah ujian. Banyak orang bertahan pada saat diuji dengan kesulitan, namun malah ia jatuh pada saat diuji dengan kemudahan. Banyak semut justru mati di dalam gula. Seekor kera tidak jatuh pada saat diembus angin kencang.

Malah ia jatuh pada saat diembus angin sepoi-sepoi. Sorang Mukmin harus selalu sabar pada saat diuji dengan kesulitan dan bersyukur pada saat diuji dengan kesenangan. Inilah sukses. Wallahu a’lam bishshawab.

 

Redaktur : Heri Ruslan

 

 

FW: Tiga Kompetisi yang Diridhai Allah

Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Suparman
Sent: Thursday, February 21, 2013 6:43 AM
To: BDI
Subject: Tiga Kompetisi yang Diridhai Allah

 

Tiga Kompetisi yang Diridhai Allah

Rabu, 20 Februari 2013, 13:09 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ahmad Kusyairi Suhail

Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, dari Rasulullah SAW bersabda, "Apabila ditundukkan bangsa Persia dan Romawi bagi kalian, maka kalian akan menjadi kaum seperti apa?" Abdurrahman bin Auf RA menjawab, "Kami akan mengatakan seperti apa yang diperintahkan Allah."

Imam Nawawi dalam Shahih Muslim bi Syarhi'n Nawawi, XVIII/96, menjelaskan maksudnya, “Kami akan memuji-Nya, mensyukuri-Nya, dan memohon kepada-Nya tambahan karunia-Nya.”

Rasulullah SAW bersabda, "Atau (jangan-jangan) tidak seperti itu. Kalian (nanti) malah saling berkompetisi (dalam memperebutkan 'kue' kemenangan itu), kemudian (menjadikan) kalian saling hasud, saling membelakangi (tidak menyapa), dan akhirnya saling membenci, atau yang semisal itu." (HR Muslim No 2962).

Melalui hadis ini, Nabi SAW telah mewanti-wanti para sahabatnya dan umatnya agar berhati-hati dalam berkompetisi memperebutkan urusan duniawi; jabatan, pangkat, bisnis, gelar, proyek, dan lainnya.

Pada dasarnya, kompetisi merupakan naluri setiap insan. Ia bisa menjadi energi positif bagi seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Namun, bisa juga menjadi energi negatif. Keduanya sama-sama memerlukan badzlu al-juhud, pengerahan segenap kemampuan, potensi, waktu, pikiran, dan tenaga guna meraih kesuksesan. Hal yang membedakan di antara keduanya adalah niat dan motivasi yang menggerakkan seseorang untuk berkompetisi.

Untuk itu, perlu diperhatikan tiga pedoman kompetisi berikut. Pertama, dipastikan bahwa kompetisi yang kita jalani adalah kompetisi dalam kebaikan. Dan, berkompetisi dalam hal ini adalah sesuatu yang mulia dan berpahala, bahkan merupakan mathlab syar'i (tuntutan syar'i).

"Berkompetisilah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga." (QS Ali Imran [3]: 133, al-Hadid [57]: 21). Lihat juga QS al-Muthaffifin [83]: 26 dan al-Baqarah [2]: 148.

Kedua, meluruskan niat dan motivasi. Sebab, sesuatu yang mulia jika tidak diiringi dengan niat dan motivasi yang baik, bisa menjadi prahara bagi pelakunya di akhirat. Seperti disebutkan dalam hadis Nabi SAW tentang tiga orang yang pertama kali diadili dan dieksekusi di neraka. Padahal, ketika di dunia mereka dikenal masyarakat luas sebagai orang yang baik karena mereka ahli jihad, rajin menuntut ilmu, dan membaca Alquran serta dermawan. (Lihat HR Muslim No 1905). Ini disebabkan oleh niatnya yang salah.

Ketiga, wasilah (sarana dan cara) yang digunakan dalam kompetisi hendaknya tidak melanggar aturan syar'i. Seperti dengan menyebar fitnah, character assasination (pembunuhan karakter), kampanye hitam, dusta, sampai menggunakan dana haram.

Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa para sahabat Nabi menjadi generasi terbaik dan mampu mengubah dunia bersama Nabi SAW karena mereka biasa berkompetisi dalam banyak hal dengan memperhatikan rambu-rambu dengan benar.

Misalnya, kompetisi Umar bin Khattab RA dengan Abu Bakar RA dalam bersedekah (HR Tirmidzi dan Abu Dawud). Untuk mengambil pedang dari Nabi SAW menjelang Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, Abu Dujanah RA berkompetisi bersama para sahabat dengan cara yang elegan dan tidak kasar (HR Muslim No 2470). Begitu pula dengan sahabat lainnya.
Wallahu a'lam.

 

Redaktur : Heri Ruslan