Jumat, 30 November 2012

FW: Do'a Istri Modal Jihad Suami


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Saturday, December 01, 2012 10:29:27 AM
Subject: FW: Do’a Istri Modal Jihad Suami
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Wireline Clerk
Sent: Friday, November 30, 2012 7:28 PM
To: BDI
Subject: Do’a Istri Modal Jihad Suami

 

Do’a Istri Modal Jihad Suami

HR Tirmidzi : “ Tiada satupun yang lebih mulia bagi Allah melainkan do’a”. Do’a adalah senjata, do’a adalah bukti begitu kecilnya kita sebagai hamba. Tidak pantas kita menyombongkan diri karena hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan dan perlindungan. Apalagi do’a seorang istri kepada suami, seperti kisah Nabi Ayub as. Ia diuji dengan bencana yang menimpa fisiknya. Tubuhnya tidak menyisakan satu lobang jarumpun yang sehat. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menolongnya, selain istrinya yang tetap memelihara cintanya karena Allah. Istrinya selalu melayaninya dan selalu mendo’akan sang suami untuk kesembuhannya, maka Allah mengabulkan do’anya, memper kenankan permohonannya. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk bangkit dan menjejakkan kakinya ke tanah dan Allah mengeluarkan mata air dari dalam tanah dan menyuruhnya mandi dengan air itu. Lalu, Allah menghilangkan seluruh penyakit yang ada di tubuhnya. Itulah buah dari do’a istri yang sholehah. “ Do’a Perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki, ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab Baginda, “ Ibu lebih penyayang dari pada Bapa, “ dan do’a orang yang penyayang tidak akan sia

Satu Kunci Surga (doa seorang istri untuk kebaikan suaminya)
Bismillahirrahmanirrahim…

Yang Maha Indah,
Tiap sosok selalu menyimpan rahasia
Termasuk Engkau
Sang Maha Suci yag telah mempertemukan kami
dalam sebuah ikatan suci

Lama, aku menyadari
Bahwa ada seseorang yang berjalan menjajariku
Seseorang yang memberikan hidupnya untuk meilndungiku
karena mencintaiMu
Seseorang yang mengecup hatiku
ketika aku kalut
dan seseorang yang tetap berkata,” Aku mencintaimu”
Bahkan ketika aku tiada di sisinya

Yang Maha Pengabul Harap,
Terimalah jutaan doaku padanya
Balaslah ia dengan luruhan cintaMu
Atas semua kebaikannya
juga amarahnya

Yang Maha Sandaran Hati,
Sampaikanlah terimakasihku padanya
Karena telah bersedia menjadi satu
Dari sekian banyak kunci surga
Yang kau pilihkan untukku

Segala puja dan puji kucurahkan padaMu
Kumohon sampaikan salamku untuk Baginda Rasulullah
Semoga Engkau melimpahkan cinta atasNya
Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang ada di dalam hatiku
Karenanya, kabulkanlah doaku

Amin ya Rabbal Alamin…

 

FW: PENTINGNYA UKHUWWAH


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Saturday, December 01, 2012 10:29:01 AM
Subject: FW: PENTINGNYA UKHUWWAH
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Amalina Hani Sulistia
Sent: Friday, November 30, 2012 9:33 AM
To: BDI
Subject: FW: PENTINGNYA UKHUWWAH

 

 

 

From: soni indra [mailto:soni.indr@gmail.com]
Sent: Friday, November 30, 2012 9:28 AM
To: undisclosed-recipients
Subject: PENTINGNYA UKHUWWAH

 

PENTINGNYA UKHUWWAH

Oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin


Terwujudnya Ukhuwah Islamiyah merupakan dambaan setiap Muslim. Hanya sayang, pengertian ukhuwah sudah menjadi kabur dan hanya merupakan istilah global yang diucapkan berulang-ulang tanpa makna. Misalnya, seseorang mengajak berukhuwah, namun sebentar kemudian ia sudah memancing perseteruan dengan melancarkan cercaan kepada para ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Padahal justru merekalah yang seharusnya menjadi poros paling utama untuk mendapatkan ikatan ukhuwah dan kecintaan sepeninggal Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan generasi terdahulu. Tetapi demikianlah, banyak orang yang sikap dan orientasinya terkungkung oleh opini fanatisme golongan. Bagaimanapun masalah ukhuwah (persaudaraan) dan persatuan ini merupakan masalah yang sangat penting.

Sesungguhnya Islam sangat menekankan persaudaraan dan persatuan. Bahkan Islam itu sendiri datang untuk mempersatukan pemeluk-pemeluknya, bukan untuk memecah belah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah, dalam al-Ushûlus-Sittah, pada pokok yang kedua,[1] mengatakan: "Allah Azza wa Jalla memerintahkan agar (umat Islam) bersatu di dalam agama dan melarang berpecah belah di dalamnya. Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang sangat terang dan mudah dipahami oleh orang-orang awam. Allah Azza wa Jalla melarang kita menjadi seperti orang-orang sebelum kita yang berpecah belah dan berselisih dalam urusan agama hingga mereka hancur karenanya."

Masalah persatuan ini, oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah diangkat sebagai masalah pokok di antara enam pokok yang beliau rahimahullah angkat. Demikian pula, para ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah pun memandang penting masalah ini.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimîn rahimahullah dalam syarahnya terhadap kitab ini menyebutkan dalil-dalilnya dari al-Qur'ân, Sunnah, kehidupan praktis para sahabat dan Salafus Shâlih.[2] 

Adapun dalil dari al-Qur'ân, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [Ali Imrân/3:103]

Imam ath-Thabariy dalam tafsirnya mengatakan [3] : "Yang diinginkan oleh Allah Azza wa Jalla dengan ayat ini ialah: Berpeganglah kalian pada agama dan ketetapan Allah Azza wa Jalla yang dengan agama serta ketetapan itu Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan agar kalian bersatu padu dalam satu kalimatul haq (kebenaran) dan menyerah pada perintah Allah Azza wa Jalla ".

Kemudian tentang firman Allah Azza wa Jalla pada ayat ini:

dan ingatlah akan nikmat Allah Azza wa Jallaepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara.[Ali Imrân/3:103]

Imam ath-Thabariy rahimahullah mengatakan: "Tafsir ayat ini ialah: Ingatlah wahai kaum Mukminin akan nikmat Allah Azza wa Jalla yang telah dianugerahkan kepada kalian! Yaitu manakala kalian saling bermusuhan karena kemusyrikan kalian; kalian saling membunuh satu sama lain disebabkan fanatisme golongan, dan bukan disebabkan taat kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. (Ingatlah ketika itu!-pen) Allah Azza wa Jalla kemudian mempersatukan hati-hati kalian dengan datangnya Islam. Maka Allah Azza wa Jalla jadikan sebagian kalian sebagai saudara bagi sebagian yang lain, padahal sebelumnya kalian saling bermusuhan. Kalian saling berhubungan berdasarkan persatuan Islam dan kalian bersatu padu di dalam Islam.[4] 

Demikianlah keadaan penduduk Madinah yang secara umum dihuni dua kabilah besar yaitu Aus dan Khazraj. Sebelum kedatangan Islam mereka selalu saling berperang dan bermusuhan tanpa henti. Namun sesudah kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam mereka menjadi bersaudara.

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan: "Konteks firman Allah Azza wa Jalla di atas, berkenaan dengan keadaan orang-orang Aus dan Khazraj. Sesungguhnya pada zaman jahiliyah dua kabilah itu sangat sering terlibat dalam pertempuran, permusuhan keras, kebencian, dengki dan dendam. Karenanya mereka terperangkap dalam peperangan terus menerus tanpa berkesudahan. Ketika Allah Azza wa Jalla mendatangkan Islam, maka masuklah sebagian besar dari mereka ke dalam Islam. Akhirnya mereka hidup bersaudara, saling menyintai berdasarkan keagungan Allah Azza wa Jalla , saling berhubungan berlandaskan (keyakinan atas) Dzat Allah Azza wa Jalla , dan saling tolong menolong dalam ketaqwaan serta kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mukmin. Dan Allah mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan segala apa yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang mempersatukan hati mereka. [al-Anfâl/8: 62-63].[5] 

Berkenaan dengan Surat al-Anfâl ayat 63 yang dibawakan oleh Ibnu Katsîr di atas, Abu ath-Thayyib Shiddîq bin Hasan al-Qanûji al-Bukhâri (wafat 1307) dalam tafsirnya mengatakan:[6]

"Jumhur Ahli Tafsir mengatakan: 'Yang dimaksud (dengan ayat 63 Surat al-Anfâl) adalah orang-orang Aus dan Khazraj. Sesungguhnya dahulu mereka terkungkung dalam fanatisme golongan yang berat, saling mengagulkan diri, saling dikuasai kedengkian meskipun hanya dalam urusan yang paling sepele, dan saling berperang hingga memakan waktu 120 tahun. Hampir tidak pernah ada dua hati yang bisa saling bersatu dalam dua kabilah tersebut. Maka kemudian Allah Azza wa Jalla mempersatukan hati-hati mereka dengan iman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Berbaliklah kondisi buruk mereka menjadi baik, bersatulah kalimat mereka dan lenyaplah fanatisme yang ada pada mereka. Berganti pula sifat-sifat iri mereka dengan cinta kasih karena Allah Azza wa Jalla dan di jalan Allah Azza wa Jalla . Mereka semua sepakat untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla hingga jadilah mereka sebagai pembela-pembela yang berperang untuk melindungi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ." 

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali Imrân/3:105]

Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: [7] "Yang dimaksudkan oleh Allah Azza wa Jalla ialah: Wahai orang-orang yang beriman! janganlah menjadi seperti orang-orang Ahli Kitab, yang berpecah belah dan berselisih dalam agama, perintah dan larangan Allah Azza wa Jalla , sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas berupa bukti-bukti dari Allah Azza wa Jalla . Mereka berselisih di dalamnya. Mereka memahami kebenaran tetapi mereka sengaja menentangnya, menyelisihi perintah Allah Azza wa Jalla dan membatalkan ikatan perjanjian yang dibuat oleh Allah Azza wa Jalla dengan lancang.

Orang-orang Ahlu Kitab yang berpecah belah dan berselisih dalam agama Allah Azza wa Jalla sesudah datangnya kebenaran itu akan mendapat azab yang berat.

Jadi maksud firman Allah Azza wa Jalla di atas adalah: "Kalian wahai kaum mukminin, janganlah berpecah belah dalam agama kalian seperti mereka berpecah belah dalam agama mereka. Janganlah kalian berbuat dan mempunyai kebiasaan seperti perbuatan dan kebiasaan mereka. Sehingga jika demikian kalian akan mendapatkan azab yang berat seperti azab yang mereka dapatkan"

Makna yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas antara lain bahwa kaum Muslimin dilarang berselisih pemahaman dalam masalah agama, sebab yang demikian itu akan mengakibatkan perselisihan dan perpecahan fisik.

Imam asy-Syâthibi rahimahullah dalam al-I'tishâm menjelaskan bahwa, perpecahan fisik (tafarruq), adalah akibat ikhtilâf (perselisihan) mazhab dan ikhtilâf pemikiran. Itu jika kita jadikan kalimat tafarruq bermakna perpecahan fisik. Inilah makna hakiki dari tafarruq. Namun jika kita jadikan makna tafarruq adalah perselisihan mazhab, maka maknanya sama dengan ikhtilâf, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih.[8]. 

Demikianlah beberapa dalil dari al-Qur'ânul-Karîm. 

Adapun dalil dari Sunnah bagi pokok yang agung ini, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنَا. يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ : بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh tidak menzaliminya, merendahkannya dan tidak pula meremehkannya. Taqwa adalah di sini. – Beliau menunjuk dadanya sampai tiga kali-. (kemudian beliau bersabda lagi:) Cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama muslim. Seorang Muslim terhadap Muslim lain; haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. [HR. Muslim][9] 

Juga sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

لاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara[Muttafaq 'Alai] [10] 

Hadits-hadits senada sangat banyak. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. [Muttafaq 'Alaihi].[11] 

Dalam riwayat Bukhâri ada tambahan:

وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjalinkan jari jemari kedua tangannya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang dibawakan oleh an-Nu'mân bin Basyîr Radhiyallahu anhu :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ (وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ).

Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur. [HR. Bukhâri dan Muslim, sedangkan lafalnya adalah lafazh Imam Muslim].[12] 

Itulah beberapa dalil yang menekankan pentingnya ukhuwah dan persatuan. Para Ulama Salaf pun sangat memperhatikan masalah ini. Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah menjelaskan tentang pentingnya persatuan dengan mengatakan: "Sesungguhnya di antara pokok sikap Ahlu Sunnah dalam masalah khilâfiyah ialah, bahwa selama perselisihan pendapat itu lahir karena ijtihad (dari orang yang berhak berijtihad-pen) dan masalahnya memang masih dalam batas yang diperbolehkan untuk diijtihadkan, maka para Salafush-Shalih saling memaklumi pendapat satu sama lain. Dan hal itu tidak menyebabkan adanya kedengkian, permusuhan dan kebencian di antara mereka. Bahkan mereka meyakini bahwa mereka harus tetap bersaudara meskipun terjadi perselisihan pendapat di antara mereka. Seseorang yang berpendapat bahwa memakan daging onta membatalkan wudhu' tetap bermakmum kepada imam shalat yang habis memakan daging onta dan yang berpendapat bahwa itu tidak membatalkan wudhu'."[13] 

Selanjutnya beliau rahimahullah melengkapi perkataannya: "Adapun masalah yang tidak boleh diperselisihkan di dalamnya, adalah masalah yang menyelisihi manhaj (pola dan sunnah) para sahabat dan tabi'in. Misalnya masalah aqidah yang ternyata banyak orang tersesat di dalamnya. Perselisihan dalam masalah akidah ini terjadi dan berkembang pada masa sesudah berlalunya generasi Sahabat.[14] 

Jadi, pada masalah-masalah pokok yang tidak boleh diperselisihkan, tidak ada toleransi di dalamnya; orang yang menyelisihinya berarti menyimpang.

Demikianlah, Islam datang untuk mempersatukan umatnya, bukan untuk memecah belah. Nash-nash di atas dan pernyataan para Salafush Shâlih sangat jelas bahwa umat Islam dituntut untuk bersaudara dan bersatu padu di bawah naungan Islam, dan berlandaskan prinsip-prinsip kebenaran. Kaum Muslimin harus satu manhaj dan satu persepsi dalam memahami al-Qur'ân dan Sunnah.

Persatuan dan persaudaraan tidak berarti mengabaikan teguran kepada yang berbuat salah, apalagi berbuat bid'ah. Yang penting harus sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , baik dalam hal lemah-lembut atau dalam cara keras.

Saling ingat-mengingatkan supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran harus tetap berjalan, sebab hal itupun merupakan perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. [al-Ashr/103:1-3]

Namun adalah keterlaluan jika ada seorang Muslim yang bersemangat mengajak persaudaraan, akan tetapi kenyataannya ia malahan menjadikan sasaran bidik caci maki, cercaan dan tuduhan salahnya kepada para ulama serta masyarakat yang bermanhaj Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Sebaliknya ia malah menjalin hubungan erat atau mengagumi para ahli bid'ah dan provokator perpecahan. Wallâhul-Musta'ân. 

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII/1430/2009M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Syarh Kasyfisy Syubuhât, wa Yalîhi Syarhul Ushûlus Sittah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah, I'dâd: Fahd bin Nâshir as-Sulaimân, Dâruts Tsurayya – Riyâdh, cet. IV – 1426 H/2005 M, hal. 151
[2]. Ibid hal.151-157.
[3]. Lihat Tafsiruth Thabari, Dâr Ihyâ' it-Turâts al-'Arabi, IV/hal. 42, cet. I -1421 H/2001 M
[4]. Lihat kitab Tafsîruth-Thabari yang sama, hal. 45-46.
[5]. Lihat Tafsîr Ibni Katsîr tentang Surat Ali Imrân: 103
[6]. Fathul Bayân Fî Maqâshidil Qur'ân, Mansyûrât Muhammad 'Ali Baidhûn, Dârul Kutub al-'Ilmiyah Beirut, cet. I – 1420 H/1999 M, Juz I hal. 55 
[7]. Lihat Tafsiruth Thabari hal. 52 dengan terjemah bebas.
[8]. Al-I'tishâm karya Imam asy-Syâthibi, tahqîq: Syaikh Salîm bin 'îd al-Hilâliy, hal. 669-670.
[9]. Shahîh Muslim Syarh Nawawi, tahqîq: Khalîl Makmûn Syiha, Dârul-Ma'rifah, Beirut, Libanon, XVI/336-337, cet. III – 1417 H/1996 M. Kitab al-Adab; al-Birr wash-Shilah wa al-Adâb, no. 6487.
[10]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîhil Bukhâri, X/492, Kitab al-Adab, bab : 62, no. 6076. Dan Shahîh Muslim Syarh Nawawi, tahqîq: Khalîl Makmûn Syiha, Dârul-Ma'rifah, Beirut, Libanon, XVI/331-332, cet. III – 1417 H/1996 M. Kitab al-Adab; al-Birr wash-Shilah wa al-Adâb, no. 6473.
[11]. Lihat Fathul-Bâri Syarh Shahîhil Bukhâri, X/449-450, Kitab al-Adab, bab : 36, no. 6026. Dan Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqîq: Khalîl Makmûn Syiha, XVI/335, Kitab al-Adab; al-Birr wash-Shilah wal Adâb, no. 6528.
[12]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîhil Bukhâri, X/438, Kitab al-Adab, bab : 27, no. 6011. Dan Shahîh Muslim Syarh Nawawi, tahqîq: Khalîl Makmûn Syiha, XVI/356, Kitab al-Adab; al-Birr wash-Shilah wa al-Adâb, no. 6529.
[13]. Lihat Syarh Kasyfisy Syubuhât, wa Yalîhi Syarhul Ushûlis Sittah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah , I'dâd: Fahd bin Nâshir as-Sulaimân, Dâruts Tsurayya Riyâdh, cet. IV – 1426 H/2005 M, hal. 155 dengan terjemah bebas dan ringkas.
[14]. Idem hal 156

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

Kamis, 29 November 2012

FW: Manajemen Lebah


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Friday, November 30, 2012 7:58:41 AM
To: BDI-BDK; BDI-JKT; Achdiats@gmail.com.; AgamMunawar@gmail;
Ahmad Kristriono Wijaya; Anita.Setyaningtyas@medcoenergi.com;
anto.sugiharto@gmail.com; arifin.sodli@energi-mp.com; Astomo Kayatmo;
asyariamir@yahoo.com; dharma.jenie@energi-mp.com; Edi Rahmat; Eko Sudiro;
ellysmamesah@gmail.com; Emma Radesma; furqoni@gmail.com;
hayu.prabowo@gmail.com; herry.owok@gmail.com ; Intan Hadiatani;
Jalanti, Niftira; Jeffreys_m@yahoo.com; Juis_abindra@yahoo.com;
Jusuf R. Odang; kuntadi.nugrahanto@se1.bp.com; lionie.cantika@total.com;
Mahafuddin; makky.ananda@kangean-energy.com; Maman Rusmawan;
mfuadia@hotmail.com; Mike.Wulansari@se1.bp.com;
mohammad.suhardianto@pertamina.com; Muhammad Idris;
Muhammad.panhar@medcoenergi.com; nadjibrusan@gmail.com;
nunung.susilawati@gmail.com; nurhadi @ hotmail; parvita.siregar@gmail.com;
purawiraswanto@gmail.com; puterabn@technip.com; Rachmat Marpaung;
robikhun@gmail.com; Rohadi; Sawedy Salehe; Senna Sun Laksana Yahoo;
setyohadigeologist@gmail.com; Soewoto.M@gmail.com; Sonny Irvana;
sri_indriatie@yahoo.co.id; Syafruddin Yahya; teguhk.wahyu@pertamina.com;
truetuti@gmail.com; wahid.sahal@yahoo.com; waluyo40@gmail.com;
yulirosiana@gmail.com; zainalarifin.s@gmail.com; ZakiyahFSari@chevron.com;
zikrullah@bpmigas.com
Subject: Manajemen Lebah
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/11/28/me7anx-manajemen-lebah

 

Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Rasulullah SAW mengumpamakan Muslim itu seperti lebah. "Mukmin itu bagaikan lebah. Jika hinggap pada tanaman berbunga, ia memakan sarinya yang baik, tidak mematahkan maupun merusak yang dihinggapinya." (HR Ahmad, Abu Syaibah, dan Thabrani).

Hadis di atas memberi isyarat kuat bahwa setiap Mukmin harus belajar dari manajemen lebah. Setiap Mukmin harus selalu mencari dan mengonsumsi makanan yang halal dan baik (halalan thayyiban) sekaligus tidak membuat kerusakan lingkungan.

Makanan yang halal dan bergizi adalah sumber energi kehidupan yang penuh keberkahan, mendatangkan manfaat, dan memacu produktivitas. Tidak merusak lingkungan berarti bersikap harmoni pada alam, dan selalu berusaha memakmurkan dan menyejahterakan umat manusia di muka bumi. Merusak lingkungan berarti berakibat buruk bagi dirinya dan orang yang ada disekitarnya.

Menurut mufassir Tantowi Jauhari, manajemen lebah itu sungguh unik dan perlu diteladani. Lebah itu tidak ada yang hidup egois dan individualis. Sarangnya senantiasa bersih dan terlindung. Hidupnya selalu bersatu, bekerjasama secara kompak dan saling melengkapi.

Meskipun dipimpin seekor "lebah ratu", komunitas (koloni) lebah selalu berbagi tugas secara rapi. Ada yang membuat sarang, mencari sari madu, mengumpulkan bahan makanan, pembuat madu, prajurit, peneliti (terutama untuk mencari tempat baru), dan sebagainya. Semua bekerja secara "profesional". Hasil kerjanya dipergunakan untuk kemanfaatan semua pihak lain, terutama manusia.

Manajemen lebah sungguh efektif dan produktif. Satu koloni lebah yang berisi puluhan ribu lebah, mampu menghasilkan dua sampai tiga liter madu dalam satu musim. Bukan hanya madu, lebah juga mampu memberi manfaat lainnya. Sengatan lebah bermanfaat untuk terapi akupuntur.

Dengan demikian, nilai-nilai manajemen lebah yang patut diaktualisasikan dalam kehidupan Mukmin adalah kebersihan (lingkungan maupun makanan yang dikonsumsi), visi dan misi yang terorganisasi secara rapi (menghasilkan produk yang bermanfaat).

Selain itu, lebah juga sangat menjaga kesatuan dan kerja sama, mengikuti jalan Tuhan (ketaatan), mobilitas dan produktivitas tinggi, hidup harmoni dengan alam (tidak merusak, tapi justru membantu penyerbukan bunga pada suatu tanaman), dan selalu berprinsip memberi kemanfaatan (obat dan minuman sehat) bagi orang lain. Perhatikan (QS an-Nahl [16]: 68-69).

Nabi SAW menegaskan ayat di atas dengan menambahkan; “Jika engkau bergaul dengannya, ia memberimu manfaat; jika engkau ajak bermusyawarah, ia pun memberi manfaat; jika engkau ajak berdiskusi, ia mau memberi manfaat. Segala aktivitas (hidupnya) memberi manfaat. Demikianlah, lebah dengan segala aktivitas dan produknya selalu bermanfaat." (HR al-Baihaqi).

Meneladani manajemen lebah itu, mengharuskan setiap Mukmin untuk bersikap, berpikir, berbuat, dan berkarya demi kemanfaatan dan kemaslahatan bagi orang lain. Karena, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. (HR at-Thabrani).

Jika setiap Mukmin selalu belajar manajemen lebah, niscaya umat dan bangsa ini akan sejahtera, dan terhindar dari perbuatan buruk seperti korupsi. Wallahu a’lam.

FW: Menikmati Beribadah


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Friday, November 30, 2012 7:57:51 AM
Subject: FW: Menikmati Beribadah
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Nana Triana
Sent: Friday, November 30, 2012 7:56 AM
To: BDI
Subject: Menikmati Beribadah

 

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/11/30/me91e7-menikmati-beribadah

 

Oleh: Ustaz HM Arifin Ilham

Hakikat ibadah yang diterima hanya Allah yang mengetahui. Namun, hal itu bisa dinilai dengan sesuatu yang nampak dari ibadahnya. Di antaranya, "hubbul ibadah", sangat senang beribadah.

Muazin baru saja melewati rumahnya, artinya azan belum sama sekali dikeraskan, hatinya terliputi bahagia. Apalagi ketika azan sudah dikumandangkan. Dirinya sudah memastikan berada di barisan shaf shalat terdepan, dan lisannya terus menjawab setiap bait-bait azan.

Inilah tanda kedua yaitu "intizharul awqat", merindukan dan menanti-nanti waktu ibadah. Wajahnya memancar aura cemas, yaitu takut ketinggalan apalagi sampai meninggalkannya.

Seperti semalam dirinya ketiduran, karena lelah yang hebat, sehingga tahajud menjadi terlalaikan. Maka pagi hari, wajah ketidaknyamanan menyebar pada aktivitas hariannya. Sering murung dan selalu komat-kamit beristighfar. Padahal, dirinya sudah merangkai shalat Dhuha dengan mengqadha tahajud.

Berikutnya, berusaha maksimal untuk mempelajari kualitas ibadah yakni tercapainya kekhusyukan dan keikhlasan. Ada kesungguhan dalam menyempurnakan kekurangan ilmu dan bersegera menerapkannya berulang-ulang. Baik dalam prosesi ibadah maupun penerjemahannya dalam amaliyah harian.

Dalam shalat, ia bermujahadah, tunduk, pasrah bersedekap, merendahkan bacaan dan diam tumakninah (QS Thaha: 108). Di luar shalat, memancar kearifan dengan menyibukkan diri dalam muhasabah (introspeksi).

Tanda lain bisa dilihat dari kegemarannya yang tidak putus dalam berdoa. Selalu dalam setiap selesai shalat, terdengar doa-doa permohonan agar dimaafkan segala kekurangan, kesalahan dan diterima semua ibadah. 

Dirinya telah memutus kebiasaan selesai shalat meninggalkan tempat (kabur). Sekarang, dirinya terlihat sangat menikmati saat berzikir dan munajat seusai shalat. Di tangannya tasbih terus melingkar.

Di akhir doa, dia merapatkan dahinya pada alas sejadah. Tersungkur dan menangis, bahkan hingga membengkak kedua kakinya (QS Maryam [19]: 58). Menangis karena rasa syukur bisa menikmati ibadah sekaligus rasa takut dengan azab Allah baik di dunia atau di akhirat kelak.

Rumah tangga yang dijalin terlihat “sakkanun”, sangat damai dan tidak beriak. Wajah suami-istri dan anak-anak sumringah bahagia. Santun dan penuh khidmat baik pada keluarga maupun pada lingkungan dan tetangganya. Bahkan, sangat senang untuk berkumpul dalam lingkungan yang sama yang berbalut semangat ibadah dan dakwah.

Subhanallah. Menyenangkan dan menenangkan. Begitulah seharusnya efek dari menikmati ibadah. Tentu kita tidak mau ibadah yang kita senangi ini akan menjadi shalat yang hanya tinggal gerak badan tanpa getar hati.

Ibadah haji dan umrah hanya menjadi salah satu di antara tujuan wisata. Baitullah hanya tampak sebagai seonggok batu dari zaman purba; tidak berbeda dengan Tembok Cina atau Menara Pisa. Zakat dikeluarkan sama beratnya dengan pajak. Dan puasa menjadi rangkaian upacara kesalehan yang lewat begitu saja setelah usai Ramadhan.

Sekali lagi, nikmati keadaan ibadah saudara, dengan hati dan diniati mencari kebaikan semata-mata hanya ridha Allah yang menjadi tujuannya.

 

Rabu, 28 November 2012

FW: WAKAF TANAH


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Thursday, November 29, 2012 8:12:21 AM
Subject: FW: WAKAF TANAH
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

 

From: Akhmad Jaeni
Sent: Wednesday, November 28, 2012 8:03 AM
To: BDI
Subject: WAKAF TANAH

 

Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh,

 

Bapak/Ibu yang senantiasa diberkahi Alloh SWT.

 

Kami informasikan bahwa Pengurus Pesantren Hidayatullah Muara Badak berkehendak untuk membeli tanah seluas 3 hektar yang terletak persis di samping Pesantren Hidayatullah Muara Badak  dengan harga Rp. 27 juta /ha, sehingga diperlukan uang minimal sebanyak Rp. 81 juta. Mohon keikhlasan Bapak/Ibu untuk menginfaqkan sebagian rizqinya  dengan mentransfer ke rekening BRI Unit Muara Badak no. 3603-01-013408-53-7 atas nama YAYASAN PONPES HIDAYATULLAH MUARA BADAK.

 

Semoga shodaqoh Bapak/Ibu sekalian akan dicatat Alloh SWT sebagai amal jariyah yang pahalanya akan tetap mengalir ila yaumil qiyamah. Aamiin Ya Robbal Aalamiin.

Jika tidak keberatan dimohon mencantumkan nama Bapak/Ibu dalam berita transfer untuk memudahkan kami dalam membuat laporan penerimaan.

 

Jazaa kumullohu khoiron katsiir,

 

Wassalamualikum wr. wb

 

Jaeni

Selasa, 27 November 2012

FW: Nikmatilah Cobaan < Jamil Azzaini


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Wednesday, November 28, 2012 12:04:43 PM
Subject: FW: Nikmatilah Cobaan « Jamil Azzaini
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

-----Original Message-----
From: Nana Triana
Sent: Wednesday, November 28, 2012 12:02 PM
To: BDI
Subject: Nikmatilah Cobaan « Jamil Azzaini

 

 

http://www.jamilazzaini.com/nikmatilah-cobaan/

 

 

Nikmatilah Cobaan

 

Banyak orang yang mengeluh saat mendapat cobaan. Banyak pula yang sedih berkepanjangan, bahkan ada yang menuduh Tuhan tidak adil kepada dirinya. Padahal, seandainya ia tahu, melalui ujian itu Sang Pencipta bertujuan menjadikan ia orang yang hebat. Nabi pernah bersabda, “Siapa saja yang dikendaki Allah menjadi orang baik maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR Bukhari)

 

Berhati-hatilah bila hidup Anda nyaman, tiada cobaan dan tantangan. Karena boleh jadi dalam kondisi seperti ini justru hidup Anda sedang menurun. Ibarat naik sepeda, saat jalan menurun Anda tak perlu berkeringat mengayuhnya. Hidup yang tenang, dalam zona nyaman, sering melenakan orang tanpa disadarinya.

 

Cobaan datang dengan wajah yang sangat beragam. Ada yang berupa rezeki yang tak pernah cukup, sahabat yang tega-teganya menipu, pasangan yang tidak memahami perasaan Anda atau kesulitan-kesulitan lain yang datang silih berganti. Bagaimana cara kita menyikapi jika ujian datang? Lihatlah selalu sisi positif dari ujian itu.

 

Yakinilah bahwa saat ujian dan cobaan datang itu pertanda bahwa kita hendak naik kelas. Ibarat kita sekolah atau kuliah, setiap hendak menuju jenjang yang lebih tinggi kita pasti diuji. Bedanya, ujian saat kita sekolah atau kuliah itu bisa kita pelajari di buku sedangkan ujian kehidupan terkadang harus kita hadapi tanpa panduan. Tetapi itulah yang menyebabkan hidup lebih indah, bermakna dan penuh kejutan.

 

Sebagai orang yang beriman, kita harus menyakini bahwa cobaan dan ujian itu bisa mengurangi dosa. “Seseorang yang tertimpa penyakit, atau tertusuk duri maupun lebih dari itu maka Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun yang berguguran dari pohon,” begitu janji sang Nabi.

 

Jadi tidak perlu takut menghadapi cobaan, ujian dan tantangan. Bila saat ini Anda hidupnya nyaman, tentram atau dengan kata lain berada di zona nyaman, bersegeralah menghadirkan tantangan baru. Lakukan pekerjaan-pekerjaan menantang yang terukur. Jangan biarkan hidup Anda terlalu lama di zona nyaman, karena itu bisa menjerumuskan Anda di masa yang akan datang.

 

Anda harus gelisah bila sudah lama tidak menemukan ujian, cobaan dan tantangan. Mengapa? Karena itu tanda-tanda kehidupan Anda tidak “naik kelas” dan Anda juga kehilangan salah satu pintu yang bisa mengurangi dosa. Jadi, hadapi dan nikmatilah setiap cobaan yang datang kepada Anda…

 

Salam SuksesMulia!

 

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

 

 

Hidup tak ubahnya kisah Penyelam mutiara.

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

Kisah Peyelam Mutiara

Perjalanan hidup manusia tidak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara, dalam melaksanakan tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang di punggungnya. Pada saat ia terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya. Tetapi begitu ia berada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada apa yang harus dicarinya. Kenapa? Ternyata pemandangan di dalam laut sangat mempesona. Bunga karang yang melambai-lambai seolah-olah memanggilnya, ikan-ikan hias berwarna-warni yang saling berkejaran dengan riangnya membuatnya terpana. Ia pun lalu terlena ikut bercanda ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana.

Hingga pada suatu saat, dia terkejut manakala disadarinya oksigen yang berada di punggungnya tinggal sedikit lagi. Timbullah rasa takutnya. Tak terbayang olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan. Maka dengan tergopoh-gopoh ia pun busaha untuk mencari tiram mutiara yang ada disekitarnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.

Akhirnya isi tabung oksigennya benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang diperolehnya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya lagi, karena tergesa-gesa dia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram mutiara yang sudah didapatnya dengan susah payah itu sebagian tertumpah ke luar.

Di permukaan, majikannya telah menunggu. Begitu dilihatnya isi kantong si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan, maka tumpahlah caci makinya dan saat itu juga si penyelam dipecatnya tanpa pesangon sedikitpun. Tentu saja bisa kita bayangkan bagaimana gundahnya perasaan si penyelam.

Dengan penuh rasa penyesalan, si penyelam berusaha minta kesempatan ulang untuk menyelam kembali. "Tuan, ijinkanlah aku untuk menyelam kembali, pasti aku akan mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya." Namun majikannya dengan tegas menolak, "Percuma engkau aku beri kesempatan, ternyata engkau hanya pandai membuang-buang oksigen saja."

Kisah ini amat mirip dengan perjalanan hidup manusia di dunia. Tabung oksigen adalah perlambang jatah umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan pahala yang harus kita kumpulkan dan tiram mutiara yang tumpah mengumpamakan pahala yang hilang karenanya, sedangkan keindahan yang ada di dalam lautan melambangkan godaan-godaan kenikmatan duniawi dengan harta, tahta dan wanitanya.

Marilah kita instropeksi, sudah cukupkah tiram mutiara yang kita peroleh?, Sehingga bila suatu saat kita harus muncul ke permukaan menemui majikan kita, Allah swt, Ia ridha menerima kita. Apalagi Ia telah berfirman dalam surat Al-Ankabuut ayat 6:

"Tidaklah kehidupan DUNIA ini melainkan SENDA GURAU dan PERMAINAN, sesungguhnya AKHIRAT itulah yang SEBENAR-BENARNYA KEHIDUPAN."

Juga Firman-Nya dalam QS Al Hadid ayat 20 yang artinya:

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN dan suatu yang MELALAIKAN, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. ...... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah KESENANGAN YANG MENIPU."


SUMBER:Buku Sentuhan Kalbu .penyaji Ir.Permadi Alibasyah
Oleh Syafruddin Yahya @ Discussion Board
Kata kunci: penyelam mutiara

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.

Umar Bin Khattab

 

Umar Bin Khattab

 

Surah Taha adalah surah yang ke 20, juzuk 16. Surah yang baik untuk melembut hati yang keras terutama sekali dibacakan kepada ahli keluarga yang keras hati, malas dan degil untuk beribadat kepada Allah SWT. Boleh diamalkan sebagai ayat pendinding diri. Ayat 1 hingga 5 yang dibaca oleh Saidina Umar Al-Khattab r.a yang pada masa dan ketika itu belum lagi memeluk Agama Islam, tersentuh hatinya dan beliau terus memeluk agama Islam pada hari itu juga dihadapan Nabi Muhammad SAW.

 

 

Beliau seorang yang berani semasa kafir dan bertambah berani sesudah beriman. Sifat berani dan garang sehingga iblis atau syaitan pun tidak berani melintas dihadapan beliau lari lintang pukang jika bersua dengan Saidina Umar, inikan pula kita yang lemah semangat.Semasa Nabi Muhammad s.a.w. mula menyebarkan Islam secara terang-terangan, Saidina Umar mempertahankan ajaran tradisi masyarakat Quraisy. Saidina Umar ialah antara orang yang paling kuat menentang Islam pada masa itu.

 

 

Menurut ahli sejarah Islam, semasa Saidina Umar dalam perjalanan untuk membunuh Rasulullah s.a.w., beliau bertembung dengan seseorang yang mengatakan bahawa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu memandangkan adiknya telah memeluk Islam.

 

Saidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al-Quran. Dalam keadaan yang marah dan kecewa beliau memukul adiknya. Apabila melihat adiknya berdarah, beliau meminta maaf dan sebagai balasan beliau akan membaca secebis ayat Al Quran kepada adiknya. Beliau berasa terharu apabila membaca dan mendengar ayat-ayat Al Quran yang begitu indah sehinggakan beliau memeluk Islam pada hari itu juga. Itulah kelebihan Surah Taha yang dibaca oleh beliau.

 

 

Selepas peristiwa terbabit, beliau berjanji akan melindungi Islam sehingga ke titisan darah terakhir. Dia menjadi khalifah kedua Islam pada 23 Ogos (633-644) bersamaan 22 Jamadilakhir tahun 13 Hijrah dan merupakan salah satu khalifah di dalam Khulafa al-Rasyidun.Sebuah hadith dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahawa Rasulullah SAW berkata:

 

"Apabila Umar memeluk Islam, Jibril pun datang dan berkata: "Ya Muhammad, sesungguhnya seluruh makhluk langit bergembira dengan islamnya Umar"

Setelah memeluk Islam, Rasulullah SAW telah mengelarnya sebagai Al-Faruq kerana dapat membezakan di antara perkara yang benar dan bathil. Ketika ditanya oleh para sahabat bagaimana dia mendapat gelaran tersebut, Saidina Umar menjawab : "Pada suatu hari, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah SAW, adakah kita dalam kebenaran ?"

 

Jawab Rasulullah SAW: "Benar"

 

Aku berkata lagi: "Kenapakah kita beribadah secara sembunyi ?"

 

Kemudian kami masuk ke Masjidil Haram membuat dua syaf, satu saya dan satu lagi Saidina Hamzah (berjemaah). Maka semua orang KAFIR Quraisy melihat ke arah kami berdua dengan perasaan yang sangat marah yang tidak pernah mereka terjadi sebelum ini, lalu Rasulullah SAW mengelarkan aku Al-Faruq!

 

Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu sentiasa ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani solat secara terang-terangan di BaitulLah khususnya setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah kerana takut kepada Umar.

 

 

 

 

Terjemahan Ayat 1 - 5 (Surah Taha).

Taa. Haa.

Kami tidak menurunkan A-Quran kepadamu (wahai Muhammad) supaya engkau menanggung kesusahan.

Hanya untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang takut yang melanggar perintah Allah.

Al-Quran diturunkan dari tuhan yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

Ia-itu Allah Ar-Rahmaan,yang bersemayam diatas 'Arasy.

 

Bacaan Untuk Anak /Suami Yang Degil Yang Tak Mahu Solat

 

Baca doa ini 3 x dan dihembuskan semasa anak/suami anda sedang tidur pada hidungnya semasa ia sedang menarik nafas masuk. Lakukan sekurang-kurangnya 7 malam semasa anak /suami sedang tidur nyenyak. InsyaAllah..

 

 

p/s : semoga kita dapat menjadikan ayat ini satu dari doa dan amalan kita seharian  hendaknya.

 

 

 

 

 

Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA

Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.
 
Seperti dikutip dari societyberty.com, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada perempuan.
 
Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Gelhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja.

Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.

Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.
 
Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.

Redaktur: Dewi Mardiani

Reporter: Umi Lailatul

 

 

Hidup tak ubahnya kisah Penyelam mutiara.

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

 

Kisah Peyelam Mutiara

 

Perjalanan hidup manusia tidak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara, dalam melaksanakan tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang di punggungnya. Pada saat ia terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya. Tetapi begitu ia berada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada apa yang harus dicarinya. Kenapa? Ternyata pemandangan di dalam laut sangat mempesona. Bunga karang yang melambai-lambai seolah-olah memanggilnya, ikan-ikan hias berwarna-warni yang saling berkejaran dengan riangnya membuatnya terpana. Ia pun lalu terlena ikut bercanda ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana.

 

Hingga pada suatu saat, dia terkejut manakala disadarinya oksigen yang berada di punggungnya tinggal sedikit lagi. Timbullah rasa takutnya. Tak terbayang olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan. Maka dengan tergopoh-gopoh ia pun busaha untuk mencari tiram mutiara yang ada disekitarnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.

 

Akhirnya isi tabung oksigennya benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang diperolehnya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya lagi, karena tergesa-gesa dia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram mutiara yang sudah didapatnya dengan susah payah itu sebagian tertumpah ke luar.

 

Di permukaan, majikannya telah menunggu. Begitu dilihatnya isi kantong si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan, maka tumpahlah caci makinya dan saat itu juga si penyelam dipecatnya tanpa pesangon sedikitpun. Tentu saja bisa kita bayangkan bagaimana gundahnya perasaan si penyelam.

 

Dengan penuh rasa penyesalan, si penyelam berusaha minta kesempatan ulang untuk menyelam kembali. "Tuan, ijinkanlah aku untuk menyelam kembali, pasti aku akan mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya." Namun majikannya dengan tegas menolak, "Percuma engkau aku beri kesempatan, ternyata engkau hanya pandai membuang-buang oksigen saja."

 

Kisah ini amat mirip dengan perjalanan hidup manusia di dunia. Tabung oksigen adalah perlambang jatah umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan pahala yang harus kita kumpulkan dan tiram mutiara yang tumpah mengumpamakan pahala yang hilang karenanya, sedangkan keindahan yang ada di dalam lautan melambangkan godaan-godaan kenikmatan duniawi dengan harta, tahta dan wanitanya.

 

Marilah kita instropeksi, sudah cukupkah tiram mutiara yang kita peroleh?, Sehingga bila suatu saat kita harus muncul ke permukaan menemui majikan kita, Allah swt, Ia ridha menerima kita. Apalagi Ia telah berfirman dalam surat Al-Ankabuut ayat 6:

 

"Tidaklah kehidupan DUNIA ini melainkan SENDA GURAU dan PERMAINAN, sesungguhnya AKHIRAT itulah yang SEBENAR-BENARNYA KEHIDUPAN."

 

Juga Firman-Nya dalam QS Al Hadid ayat 20 yang artinya:

 

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN dan suatu yang MELALAIKAN, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. ...... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah KESENANGAN YANG MENIPU."

 

 

SUMBER:Buku Sentuhan Kalbu .penyaji Ir.Permadi Alibasyah Oleh Syafruddin Yahya @ Discussion Board Kata kunci: penyelam mutiara

 

 

 

Umar Bin Khattab

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

 

Umar Bin Khattab

 

Surah Taha adalah surah yang ke 20, juzuk 16. Surah yang baik untuk melembut hati yang keras terutama sekali dibacakan kepada ahli keluarga yang keras hati, malas dan degil untuk beribadat kepada Allah SWT. Boleh diamalkan sebagai ayat pendinding diri. Ayat 1 hingga 5 yang dibaca oleh Saidina Umar Al-Khattab r.a yang pada masa dan ketika itu belum lagi memeluk Agama Islam, tersentuh hatinya dan beliau terus memeluk agama Islam pada hari itu juga dihadapan Nabi Muhammad SAW.

 

 

Beliau seorang yang berani semasa kafir dan bertambah berani sesudah beriman. Sifat berani dan garang sehingga iblis atau syaitan pun tidak berani melintas dihadapan beliau lari lintang pukang jika bersua dengan Saidina Umar, inikan pula kita yang lemah semangat.Semasa Nabi Muhammad s.a.w. mula menyebarkan Islam secara terang-terangan, Saidina Umar mempertahankan ajaran tradisi masyarakat Quraisy. Saidina Umar ialah antara orang yang paling kuat menentang Islam pada masa itu.

 

 

Menurut ahli sejarah Islam, semasa Saidina Umar dalam perjalanan untuk membunuh Rasulullah s.a.w., beliau bertembung dengan seseorang yang mengatakan bahawa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu memandangkan adiknya telah memeluk Islam.

 

Saidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al-Quran. Dalam keadaan yang marah dan kecewa beliau memukul adiknya. Apabila melihat adiknya berdarah, beliau meminta maaf dan sebagai balasan beliau akan membaca secebis ayat Al Quran kepada adiknya. Beliau berasa terharu apabila membaca dan mendengar ayat-ayat Al Quran yang begitu indah sehinggakan beliau memeluk Islam pada hari itu juga. Itulah kelebihan Surah Taha yang dibaca oleh beliau.

 

 

Selepas peristiwa terbabit, beliau berjanji akan melindungi Islam sehingga ke titisan darah terakhir. Dia menjadi khalifah kedua Islam pada 23 Ogos (633-644) bersamaan 22 Jamadilakhir tahun 13 Hijrah dan merupakan salah satu khalifah di dalam Khulafa al-Rasyidun.Sebuah hadith dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahawa Rasulullah SAW berkata:

 

"Apabila Umar memeluk Islam, Jibril pun datang dan berkata: "Ya Muhammad, sesungguhnya seluruh makhluk langit bergembira dengan islamnya Umar"

Setelah memeluk Islam, Rasulullah SAW telah mengelarnya sebagai Al-Faruq kerana dapat membezakan di antara perkara yang benar dan bathil. Ketika ditanya oleh para sahabat bagaimana dia mendapat gelaran tersebut, Saidina Umar menjawab : "Pada suatu hari, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah SAW, adakah kita dalam kebenaran ?"

 

Jawab Rasulullah SAW: "Benar"

 

Aku berkata lagi: "Kenapakah kita beribadah secara sembunyi ?"

 

Kemudian kami masuk ke Masjidil Haram membuat dua syaf, satu saya dan satu lagi Saidina Hamzah (berjemaah). Maka semua orang KAFIR Quraisy melihat ke arah kami berdua dengan perasaan yang sangat marah yang tidak pernah mereka terjadi sebelum ini, lalu Rasulullah SAW mengelarkan aku Al-Faruq!

 

Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu sentiasa ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani solat secara terang-terangan di BaitulLah khususnya setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah kerana takut kepada Umar.

 

 

 

 

Terjemahan Ayat 1 - 5 (Surah Taha).

Taa. Haa.

Kami tidak menurunkan A-Quran kepadamu (wahai Muhammad) supaya engkau menanggung kesusahan.

Hanya untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang takut yang melanggar perintah Allah.

Al-Quran diturunkan dari tuhan yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

Ia-itu Allah Ar-Rahmaan,yang bersemayam diatas 'Arasy.

 

Bacaan Untuk Anak /Suami Yang Degil Yang Tak Mahu Solat

 

Baca doa ini 3 x dan dihembuskan semasa anak/suami anda sedang tidur pada hidungnya semasa ia sedang menarik nafas masuk. Lakukan sekurang-kurangnya 7 malam semasa anak /suami sedang tidur nyenyak. InsyaAllah..

 

 

p/s : semoga kita dapat menjadikan ayat ini satu dari doa dan amalan kita seharian  hendaknya.

 

 

 

 

 

Kurban Membentuk Solidaritas Sosial

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

 

Kurban Membentuk Solidaritas Sosial

Selasa, 04 September 2012, 19:03 WIB

 

Penyembelihan hewan kurban (ilustrasi).

 

REPUBLIKA.CO.ID, Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

Bahkan, manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan lainnya, tumbuh-tumbuhan sebagai makanan, serta ilmu pengetahuan untuk memahami seluruh ciptaan Allah.

Dari sekian banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum Muslim, yang mengandung hubungan horizontal bagi sesama manusia, misalnya zakat, haji, shalat, dan kurban.

Sedangkan puasa, sebagaimana diterangkan dalam Hadis Qudsi adalah untuk Allah, karena hanya Allah yang mengetahuinya.

Namun, puasa sesungguhnya juga mengandung unsur sosial, karena orang yang berpuasa bisa merasakan rasa lapar yang biasa dirasakan kaum dhuafa. Karenanya, seluruh praktik dan ritual ibadah yang diajarkan dalam Islam memiliki nilai-nilai sosial.

Seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji, dalam ibadah kurban juga terdapat nilai-nilai sosial. Terlebih lagi dalam Kitab Suci Alquran maupun hadis banyak terkandung ajaran-ajaran sosial kemanusiaan, seperti berbuat baik kepada tetangga, menolong orang lain, berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, memberi makan fakir miskin, dan lain sebagainya.

Melalui ibadah kurban, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah satu hikmah berkurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin.

Sebab, tidak semua orang mampu makan dengan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berkurban dan membagi-bagikan daging dari hewan kurban tersebut kepada fakir miskin.

Dalam ajaran Islam, disyariatkan daging kurban untuk disedekahkan kepada yang berhak, yaitu orang yang layak untuk menerimanya, yang tentunya bukanlah orang kaya.

“Beliau (Rasulullah) memberi makan dari dua kurbannya itu untuk orang miskin, dan beliau beserta ahlinya ikut memakannya.” (HR Ahmad).

“Makanlah (dari kurbanmu, berilah orang-orang, dan simpanlah. Sesungguhnya pada tahun yang lalu itu orang-orang mendapat kesusahan, aku ingin agar kamu menolong mereka.” (Muttafaq Alaih).

Keutamaan kurban
Allah SWT telah menjanjikan surga bagi mereka yang telah menyisihkan sebagian dari harta mereka untuk berkurban dengan niat yang ikhlas. Hewan yang telah kita kurbankan diyakini di kemudian hari akan mengantarkan kita menuju surga.

Rasul SAW bersabda, “Tiap-tiap rambut yang dikurbankan merupakan khair. Ungkapan ‘khair’ ini mengandung arti keselamatan, kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemurahan Allah SWT.”

Ibadah kurban juga mengandung pesan-pesan moral yang ditunjukkan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual ibadah kurban. Sejarah kurban Nabi Ibrahim merupakan sejarah yang penuh dengan nilai pengorbanan.

Dalam hal ini kita meneladani bahwa sikap Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang dicintainya, menandakan kerelaannya pula dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya.

Kata ‘pengorbanan’ yang dimunculkan dalam ritual ibadah kurban ini merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diaplikasikan oleh berbagai lapisan masyarakat dapat menjadi solusi berbagai permasalahan.

Contohnya adalah orang kaya yang mau berkorban dengan hartanya untuk orang-orang miskin sehingga memberikan solusi bagi permasalahan orang-orang miskin di sekitarnya. Begitu juga seorang pemimpin yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan egonya demi kemaslahatan masyarakat, bukan untuk kemaslahatan pribadi dan golongan.

Lebih jauh lagi, kaum Muslim harus rela berkorban baik harta dan jiwa, maupun tenaga dan fikirannya untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim.

Kepasrahan Totalitas
Ibadah kurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba. Sebab, dengan berkurban berarti dirinya telah mengalahkan kepentingan pribadinya demi pengabdiannya kepada Allah. Dan hanya orang-orang yang penuh kecintaan dan kepasrahan untuk berkurban.

Sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi Muhammad SAW, kurban merupakan ibadah yang sangat mulia dan agung. Tidak ada satu pun perbuatan manusia yang paling disukai Allah pada hari raya haji (selain) dari mengalirkan darah (berkurban).

“Sesungguhnya, orang yang berkurban itu datang pada hari kiamat membawa tanduk, bulu, dan kuku binatang kurban itu. Dan sesungguhnya darah (kurban) yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah dari (darah itu) jatuh di permukaan bumi. Sucikanlah dirimu dengan berkurban itu.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah).

Perihal keutamaan ibadah kurban ini juga diterangkan dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sedekah uang yang lebih mulia dari yang dibelanjakan untuk kurban di Hari Raya Idul Adha.” (HR Daruquthni).

Sebagai salah satu ibadah yang hukumnya sunah, setidaknya ibadah kurban mengandung nilai-nilai dimensi tauhid dan dimensi spiritual. Dalam sejumlah riwayat disebutkan, kurban di zaman para nabi dan rasul terdahulu terlukis dengan jelas bahwa harga dan nilai kurban itu adalah ketakwaan dan kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.

KHE Abdurrahman dalam bukunya “Hukum Kurban, Akikah dan Sembelihan” memaparkan, harga dan nilai kurban dalam pandangan Allah SWT ialah pembangkit utama yang menggugah niat yang ikhlas dan mencerminkan keteguhan iman serta ketakwaan yang murni. Karenanya, ibadah kurban dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dimensi tauhid
Ibadah kurban mempunyai nilai ketauhidan yang sangat kental. Ibadah kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya.

Nabi Ibrahim mampu membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anak yang dicintainya) menuju penghambaan kepada Allah semata.

Melalui ibadah kurban ini, Nabi Ibrahim memperlihatkan keimanan, ketundukan, dan ketaatannya hanya kepada Allah. Beliau juga telah berhasil melepaskan diri dari kecintaannya terhadap dunia, baik jasad, jiwa, hati, maupun ruhnya, karena hal tersebut akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan pengorbanan, ketaatan, atau kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah.

Di sisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah kurban Nabi Ibrahim adalah pengorbanan dilakukan demi pengabdian kepada Allah semata.

Ibadah kurban juga menegaskan larangan melaksanakan ibadah untuk selain Allah. Seperti, melakukan kurban yang diperuntukkan bagi penjaga Pantai Selatan agar tidak menimpakan bencana atau melakukan kurban yang diperuntukkan bagi sesuatu yang akan mendatangkan manfaat.

Dimensi spiritual
Ibadah kurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang hamba kepada Allah. Keimanan meliputi keikhlasan, yang berarti ibadah kurban yang dilakukan harus murni dilakukan semata-mata karena Allah dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya.

Dengan berkurban, diharapkan dapat menumbuhkan dan mengasah keikhlasan seorang hamba. Karena keikhlasan, sebagaimana halnya keimanan, akan selalu naik dan turun dan akan selalu menguat dan melemah.

Kurban yang dilaksanakan bukan karena Allah, seperti malu bila tidak berkurban atau ingin pamer sebagai orang yang rajin ibadah, ibadah kurban yang dilakukannya itu tak akan pernah diterima.

Keimanan juga meliputi ketaatan, yang berarti ibadah kurban yang dilaksanakan harus didasari atas ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah dan bukan didasari atas ketaatan kepada selain-Nya.

Diharapkan dengan adanya ritual ibadah kurban dapat meningkatkan ketaatan kepada Allah dalam segala bentuk ketaatan, baik ketaatan dalam menjalankan perintah Allah maupun ketaatan dalam menjauhi segala larangan-Nya.

Keimanan juga meliputi pengorbanan. Pengorbanan ini direfleksikan dalam bentuk materi yang dipersembahkan, yaitu hewan sembelihan. Ritual ibadah kurban juga melatih seorang hamba untuk selalu siap berkorban, sebagaimana halnya Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang dicintainya demi menjalankan perintah Allah.

Redaktur: Chairul Akhmad

Reporter: Nidia Zuraya



 

 

FW: materi kajian zhuhur(akar sejarah syiah)


-------------------------------------------
From: BDI
Sent: Wednesday, November 28, 2012 6:55:46 AM
Subject: FW: materi kajian zhuhur(akar sejarah syiah)
Auto forwarded by a Rule


Please visit BDI Website http://vico-bdi.vico.co.id/

Pengurus BDI berupaya menghindari peredaran email-email yang dianggap dapat menimbulkan polemik antara anggota BDI

 

 

 

From: Herry Wibowo
Sent: Monday, November 26, 2012 3:49 PM
To: BDI
Subject: materi kajian zhuhur(akar sejarah syiah)

 

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

 

Berikut materi kajian zhuhur   :

 

\\vico-bdi\Kajian_Zhuhur\kajian_zhuhur\lain_lain\

File 1: 13-nov-2012_akar_sejarah syiah.mp3

File 2: syiah_di_indonesia.mpg

 

Wassalam

Herryw

 

 

 

Senin, 26 November 2012

Delapan kado terindah

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

 

Delapan Kado terindah

 

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat,dan tak perlu membeli ! Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

 

1. KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.

 

2. MENDENGAR

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang Lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar denganbaik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

 

3. D I A M

Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai Untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

 

4. KEBEBASAN

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, " Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

 

5. KEINDAHAN

Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

 

6. TANGGAPAN POSITIF

Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat,berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

 

7. KESEDIAAN MENGALAH Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai Menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado " kesediaan mengalah" Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

 

8. SENYUMAN

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?

 

 

[Tulisan baru] Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

http://waysofmoeslim.blogspot.com/

 

From: Marsih
Sent: Monday, September 10, 2012 11:58 AM
To: BDI
Subject: FW: [Tulisan baru] Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

 

Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

Posted by Aisyah Ummu Haitsam

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:

Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .

Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: "Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati."
Coba tebak, kira-kira apa  jawaban ibu tersebut?

Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: "Engkaulah penyebabnya!"

Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: "Alhamdulillah." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: "Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi." Maka dia berkata: "Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi."
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: "Alhamdilillah." Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: "Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh." Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: "Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia."
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: "Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati." Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: "Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah." Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut: "Wanita itu tidak waras dan tidak sadar."
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:

(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء)  "Beruntunglah orang-orang yang asing." Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: "Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat." Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: "Alhamdulillah." Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: "Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat." Diapun berkata: "Alhamdulillah." Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?

Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo'a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?

Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:

Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: "Siapakah mereka?" Dia menjawab, "tidak mengenal mereka."
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: "Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri."
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: "Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang  subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala ."
Tahukah anda apa yang dia katakan?

Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata: "Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar'i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo'akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang."
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: "Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu." Maka kukatakan kepadanya: "Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu." Kisah selesai.
Kukatakan:

Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ

"Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo'alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do'a-do'a kalian.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)

"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS. Al-A'raf: 126)

 

 

Regards,

Marsih

Field SCM Department

Phone : (0541) 52-4836

Fax : (0541) 52-4290

Email : Marsih@vico.co.id / Property@vico.co.id  

PPlease don't print this e-mail unless you really need to. Think Green for greener tomorrow

 

From: comment-reply@wordpress.com [mailto:comment-reply@wordpress.com]
Sent: Monday, September 10, 2012 12:21 PM
To: Marsih
Subject: [Tulisan baru] Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

 

Aisyah Ummu Haitsam menulis:" Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). "

Tanggapi tulisan ini dengan menuliskannya di atas garis ini

 

 

Tulisan baru pada موقع عائشة أم هيثم

 

Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

by Aisyah Ummu Haitsam

 

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:

Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat. Baca tulisan ini lebih lanjut

Aisyah Ummu Haitsam | 10 September 2012 pada 11:21 AM | Tag: ibu, jantung, sabar, spesialis THT | Categories: Fawa'id, Renungan, Uncategorized | URL: http://wp.me/pyor5-mK

Komentar

   See all comments

 

Unsubscribe or change your email settings at Manage Subscriptions.

Trouble clicking? Copy and paste this URL into your browser:
http://asya84.wordpress.com/2012/09/10/kisah-sabar-yang-paling-mengagumkan/

 

 

Disclaimer:
The contents of this email, together with its attachments, may contain confidential information belong to Virginia Indonesia Co., LLC ("VICO") and Virginia Indonesia Co., CBM Limited  ("VICO CBM"). If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete this e-mail from your system, and you should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof.